homeKulikSOSIAL MEDIA MENGUBAH CARA BERPOLITIK, IS IT BAD FOR...

SOSIAL MEDIA MENGUBAH CARA BERPOLITIK, IS IT BAD FOR US?

Few days ago, aku baca sebuah artikel di Medium tentang bagaimana sosial media, mengubah cara pandang dan bagaimana kita berpolitik. Artikelnya punya kalimat pembuka yang, I said, sudah banyak yang tahu but not exactly.

And here is what I understand.

Without a doubt, sosial media mengubah cara kita berpolitik. Politisi nggak lagi cuma siaran di TV, buat event music, sumbangan and they also make social media content. Walaupun memang banyak dari kontennya yang isinya ngeshare kegiatan kampanye mereka pada akhirnya. But it’s okay, selama kontennya nggak melanggar Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik beserta aturan perubahannya, yang banyak pasal karetnya. Gak lucu kan, kalau lagi kampanye malah dilaporkan gara-gara melanggar aturan tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Ah, there is one person tho, kalau kalian ingat.

So, dampak sosial media dalam dunia politik nggak sepenuhnya cuma nyebar konten sedekah atau ngumbar janji dari si penyalon. At least, yang aku tahu, ada dua masalah yang sebenarnya sangat berdampak dari sosial media untuk kegiatan politik. Yaitu, targeted audience dan munculnya pihak ketiga.

The good, the bad and the ugly consequences of social media’s impact on our political worlds.

Lilybell Evergreen

Audiences Analysis and Micro Targeting

Media sosial memberikan akses data yang banyak buat politisi dan pemerintah. Data ini bisa digunakan untuk targeting dan analisis audiens yang mau dituju. Which is makes it really simple to campaign. Tanpa adanya sosial media, kita mungkin masih melihat spanduk kampanye segede gaban di tengah-tengah jalan dengan foto paslon di dalamnya. Orang-orang milenial dan Gen Z awal pasti merasakan hal ini.

Social media without a doubt, mengubah cara melakukan kampanye politik.

Metode kampanye ‘jadul’ seperti berkumpul atau bagi-bagi sembako walaupun masih ada, tapi rasanya gimana gitu. Menyebar ide, gagasan, visi-misi flexing dan memberikan janji-janji sudah berpindah ke dunia maya.

Misalnya di Twitter nih, hanya dengan nge-twit, informasi langsung bisa tersebar luas ke seluruh follower. No efforts.  

So, because of that, we can say that masing-masing orang dapat mempengaruhi orang lain. Karena inilah, di dalam sosial nggak lagi one man one vote. Tetapi satu orang yang lagi gabut juga bisa memiliki kekuatan setara ribuan orang. This is the strong point of social media; efektif buat pertukaran ide dan informasi.

BACA JUGA: 4 TIPS BERMEDIA SOSIAL AGAR AMAN DARI JERATAN HUKUM

Tukar menukar ide inilah yang kemudian bisa diambil datanya oleh penyedia layanan sosial media. Mulai dari statistik audiens di platform media sosial hingga postingan nyinyir warganet pun akan memberikan dampak. Dari inilah terciptanya sebuah gelombang data yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi detail tentang pendapat orang terkait suatu kebijakan, politisi ataupun trending.

That detailed information about public, memiliki dua kegunaan utama bagi para politisi, observasi dan eksploitasi. Mereka tidak hanya dapat mengumpulkan data tentang bagaimana cara  masyarakat memandang masalah. Mereka juga dapat mencoba mempengaruhi masyarakat dengan informasi-informasi.

Ini adalah taktik utama dalam Brexit Leave Campaign. Which is pretty much successful, karena Inggris pada akhirnya keluar dari EU.

Metode ini juga dipakai oleh politisi di Indonesia. Kalau nggak dipakai nggak mungkin ada yang namanya Buzzer Rp, ygy?

Third Party Involvement Dalam Pemilihan

Dikarenakan mudahnya mengakses data mendetail mengenai publik. Tim sukses bakal dengan mudah melakukan analisa kampanye. But, unfortunately, yang bisa mengakses data ini bukan cuma suatu kalangan masyarakat tertentu. With enough money, you can also do that. Alasan inilah yang membuat mudah sekali terjadi third party involvement.

Misalnya nih, pada saat pemilihan bupati ada dua paslon. Nah, ada bupati, sebut saja bupati C  di daerah lain yang nggak suka sama salah satu paslon, sebut saja paslon A. Misal si bupati C ini nggak suka sama paslon A karena dia dulu hampir menggagalkan si bupati C jadi bupati. Bisa saja kan si C membuat kampanye sendiri untuk menjatuhkan si paslon A. Asal ada duit, mungkin saja terjadi. Ya, kan?

Itu cuma contoh kecilnya. Ada juga contoh yang lebih besar, bahkan menyangkut pemilihan untuk menentukan pemimpin dunia. Rusia dan AS.

BACA JUGA: PADA HAKEKATNYA MANUSIA ITU MAKHLUK SOSIAL

Meskipun Rusia tidak sendirian dalam mencampuri sistem politik negara lain, perannya dalam pemilihan Presiden AS tahun 2016 dan 2020 berpotensi menjadi contoh yang paling terkenal dan berpengaruh.

Pada Januari 2017, FBI, CIA 3dan Badan Keamanan Nasional AS mengonfirmasi bahwa Rusia mencoba ikut campur dalam pemilihan presiden 2016 untuk membantu Trump menang dan secara umum merusak demokrasi AS.

Meskipun ditentukan bahwa Rusia tidak secara langsung mengubah suara, mereka mencuri ratusan ribu data pribadi pemilih melalui peretasan basis data pemilih. Selain itu, pada suatu waktu peretas Rusia dapat mengakses dan berpotensi mengubah atau menghapus data pemilih di sejumlah kecil negara bagian.

Ngeri kan. Semoga nggak terjadi di Indonesia. Mengingat kita kan lagi perang mengenai nikel. Jangan sampai deh, ada intervensi di sosial media biar EU bisa dapet nikel dari kita. Walaupun aku pikir tetep bakal terjadi. Pemilu di USA aja bisa diintervensi, apalagi Indonesia.

I’m not that worried though. Kita sudah punya beberapa aturan seperti aturan Pengguna Sistem Elektronik (PSE). Jadi kalau ada aksi seperti ini, tinggal denda saja si penyedia sosial medianya. Aturan pelaksanaan pemilu kita juga berbeda dengan USA, dimana semua orang yang sudah cukup umur dapat terlibat. 

So, at the end, sosial media buat politik tak bisa dielakkan. It’s not that bad, kita cuma harus tahu saja bagaimana mencerna informasi. CU.

“Democracy’s fatal flaw: There are more dumb people than smart people. Welcome to the new Dark Ages!” – Oliver Gaspirtz

Dari Penulis

2 CARA BIJAK MENGKOMPLAIN PENJUAL MAKANAN CURANG

Terus gimana sih, cara bijak untuk komplain?

REALITA CINTA & SANTET

Horror gaes, coba bayangin apa yang terbesit dalam pikiran...

PENJARA MENGINTAI PARA PEMBUAT MEME

Apa yang kamu pikirkan kalau lagi ke kuburan? Merinding bambam...

BALANCING INNOVATION AND ACCOUNTABILITY, KEBUTUHAN AKAN REGULASI PENGGUNAAN AI

"AI is likely to be either the best or worst thing to happen to humanity." - Stephen Hawking

TUNDUKNYA INTERNET DI HADAPAN HUKUM

Sekarang ini, kita tau bahwa internet sudah menjadi kebutuhan...

TerkaitRekomendasi buat kamu
Artikel yang mirip-mirip

Pratama Nugraha Purwiyatna
Pratama Nugraha Purwiyatna
Web Master Klikhukum

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Dari Kategori

Klikhukum.id