Presiden dan wakil presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto dan Fufufafa, eh, Gibran Rakabuming Raka, punya program andalan yang sering mereka gembar-gemborkan. Yaitu, makan bergizi gratis. Program ini sebelumnya dikenal dengan nama makan siang gratis, tapi diubah demi fleksibilitas. Alasannya? Tidak semua anak sekolah belajar sampai siang. Ada anak-anak TK dan SD yang sudah pulang sebelum tengah hari. Karena itu, namanya diganti menjadi makan bergizi gratis.
Menurut Dadan Hindayana, Kepala Badan Gizi Nasional, makan bergizi gratis adalah kegiatan untuk mencukupi sepertiga kebutuhan kalori harian satu kali dengan cara memberikan makanan bergizi gratis. Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 2 Ayat (2) Perpres No. 83 Tahun 2024 mengatur bahwa, supaya bisa mencukupi kebutuhan gizi nasional, maka muncullah sebuah lembaga yang bernama Badan Gizi Nasional. Sebuah lembaga pemerintah yang dibuat presiden, berkedudukan di bawah presiden dan memiliki tanggung jawab pada presiden.
Lebih lanjut, Pasal 5 Ayat (1) huruf A sampai D menyebutkan bahwa, sasaran program ini adalah anak-anak sekolah (TK/Paud hingga sekolah menengah atas), anak-anak di bawah usia lima tahun, ibu hamil dan menyusui. Tujuannya? Mengatasi stunting dan gizi buruk di Indonesia.
Stunting dan Gizi Buruk: Masalah Serius
Stunting dan gizi buruk merupakan masalah besar di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan 2023 menunjukkan angka prevalensi stunting mencapai 21,5%. Karena hanya turun 0,1% dari 2022 (21,6%), maka angka itu tetap tinggi. Stunting merupakan suatu keadaan di mana tinggi badan anak lebih rendah dari rata-rata untuk usianya, karena kekurangan nutrisi yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Hal ini dapat disebabkan kurangnya asupan gizi pada ibu selama kehamilan atau pada anak saat sedang dalam masa pertumbuhan.
BACA JUGA: KABINET ZAKEN PRABOWO-GIBRAN, GAME CHANGER ATAU MALAH BLUNDER?
Gizi buruk tak kalah serius. Berdasarkan Survei Studi Status Gizi Indonesia, prevalensi gizi buruk meningkat dari 7,1% (2021) menjadi 7,7% (2022). Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, gizi buruk terjadi saat makanan yang dikonsumsi seseorang tidak memenuhi kebutuhan nutrisinya (terutama saat anak sudah melewati usia dua tahun).
Dua masalah ini bikin hati teriris. Bayangkan saja ketika pertumbuhan anak terhambat, tinggi badannya lebih pendek dari anak seusianya, kemampuan kognitifnya di bawah rata-rata dan tubuhnya bisa makin melemah dari tahun ke tahun. Penyebabnya? Orang tua yang tidak mampu menyediakan makanan bergizi, karena upah rendah. Ketika sang ibu hamil, ia makan seadanya. Pola makan yang sama diteruskan pada anaknya yang sudah lahir dan sampai melewati umur dua tahun.
Karena itulah program makan bergizi gratis ini lahir, bertujuan agar kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembangnya seorang anak itu bukan sebuah privilege, tapi hak setiap anak yang bisa dirasakan, sesuai amanat Pasal 28B Ayat (2) UUD 1945.
Tapi, walaupun janji-janji program ini bagus, kita mesti tetap bersikap kritis.
Realisasi Program dan Harga yang Rakyat Harus Bayar
Dana untuk program makan bergizi gratis ini sendiri fantastis! Menurut RAPBN 2025, jumlahnya menyentuh Rp71 triliun. Jumlah ini menyesuaikan dengan jumlah penerima manfaatnya yang memang banyak juga. Menurut laporan media Tempo, target penerima manfaat program makan bergizi gratis berjumlah 82,9 juta orang.
BACA JUGA: MENGOMENTARI VISI DAN MISI PRABOWO GIBRAN
Dilansir dari media Kontan, Akhmad Akbar Susamto dari CORE Indonesia punya dugaan bahwa anggaran Rp71 triliun untuk program ini, bisa memicu pemotongan anggaran dari beberapa sektor lain sejumlah 5%. Seperti, subsidi energi, perlindungan sosial, kesehatan dan pendidikan diduga menjadi target pemotongan.
Yang paling terlihat adalah subsidi energi. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia pernah bilang bahwa, ojek online (ojol) tidak layak menerima subsidi BBM, karena masuk kategori usaha. Setelah menuai protes, ia mengubah pendiriannya. Bisa tetap mendapatkan subsidi BBM, tapi melalui bantuan UMKM untuk ojol. Kocak!
Kekocakan program ini nggak berhenti di situ. Prabowo pernah bilang bahwa, anggaran makan bergizi gratis per porsi dari Rp15.000,00 turun menjadi Rp10.000,00. Serius, ceban doang? Dengan anggaran segitu, paling banter anak-anak dapat ayam geprek sama nasi. Cukup nggak, buat memenuhi gizi? Ya, enggaklah. Anak-anak dan ibu hamil itu butuh makanan yang tinggi kalori, protein, serat dan vitamin untuk menunjang kesehatan mereka.
Program makan bergizi gratis ini kelihatannya sangat memaksakan diri. Tujuannya sih, mulia. Melawan stunting dan gizi buruk. Tapi, kalau anggarannya mepet dan banyak sektor lain yang dikorbankan, ujung-ujungnya justru rakyat yang sengsara. Jadi saran penulis, pertimbangkan lagi kebijakan ini atau lupakan saja sekalian.