Coba perhatikan televisimu akhir-akhir ini, Foxtrot udah mulai sering liat iklan sirup Marjan dan susu kental kentul dibungkus kaleng yang ternyata sama sekali nggak ada susunya. Itu pertanda apa? Itu pertanda bentar lagi bulan puasa. Biasanya pas siang hari liat iklan sirup, auto ngebayangi nyeruput es sirup, nyeeesssss nyerang nang ati.
Bulan ramadhan adalah bulan di mana semua umat Islam di dunia melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh. Halah Trot nenekku juga tau kalo itu.
Tapi bakalan ada yang berbeda dengan suasana bulan puasa dan lebaran tahun 2020 ini, di mana seluruh dunia sedang terkena pandemi global berupa serangan Covid-19 as known as Virus Corona. Sebuah, emmm tepatnya sekawanan (karena banyak) virus yang masih ada hubungan kekerabatan dengan SARS dan MERS. Virus ini pertama kali muncul di Tiongkok, di sebuah kota bernama Wuhan yang luasnya sekitar 8.494,41 kilometer persegi atau seluas kota London di Inggris. Udah pernah ke London belum ndes? Sana minta nenekmu piknik ke London.
Setelah kurang lebih 30 hari melaksanakan puasa, maka ramadhan akan ditutup dengan sholat Idul Fitri di tanggal 1 Syawal 1441 H. Di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara kalo udah mau lebaran, ada tradisi mudik alias pulang ke kampung halaman, bagi yang punya kampung. Yang lahirnya di kota ya berarti pulang ke kota halaman, gitu aja kok repot ndes. Yang lahirnya di rumah bidan gimana Trot? Haisshhh sak karepmu!
Bagi pemerintah Indonesia, tradisi mudik lebaran kali ini bakalan bikin puyeng ndes. Lha wong pemerintah mencanangkan gerakan work from home, social distancing dan lain-lain pun masyarakat awam di sini masih suka sak karepe dewe kok. Malah ada yang dinyatakan positif corona, eh, malah pulang dari RS dan ikut rewang-rewang di tempat hajatan nikah sodaranya. Opo tumon?
BACA JUGA: BUKAN HANYA AKU, ENGKAU DAN GPS
Ada juga pekerja harian di bidang pertukangan yang pulang kampung karena di Jakarta sedang slow down. Doi mutusin pulang kampung karena pertimbangan ekonomi, tapi doi nggak sadar udah positif corona sejak dari Jakarta, akhirnya Corona hinggap di kampung halamannya.
Bayangpun ndes, selama perjalanan Jakarta ke kampung halamannya, kira-kira doi ketemu berapa orang? Di angkutan umum, bisa bus, kereta ato pesawat berapa puluh ato ratus orang yang nggak sengaja senggolan sama doi? Yang jelas nggak mungkin doi naek bajaj, bisa asam urat pantat doi pas sampe kampung halaman. Orang-orang yang senggolan sama doi, apa nggak berpotensi ketularan si virus yang nebeng nggak bayar itu tadi.
Itu baru 1 orang yang jadi contoh ndes. Padahal jumlah total pemudik lebaran tahun 2019 lalu adalah sebesar 7,2 juta jiwa orang (seperti dikutip dari databoks.katadata.co.id). Nah, pie caranya pemerintah ngatasin ini semua ndes kalo kamu-kamu pada susah dikasih tau?
Tradisi mudik lebaran di Indonesia adalah wajib bagi kaum urban perantauan. Setelah bekerja keras selama berbulan-bulan, maka saat ada libur panjang yang kebetulan bertepatan dengan hari raya Idul Fitri mereka akan berbondong-bondong pulang ke kampung halaman. Tradisi ini sudah terjadi sejak jaman kerajaan, dimulai ketika para perantauan yang pulang kampung halaman berniat untuk membersihkan makam leluhurnya dan berdoa berharap keselamatan dan limpahan rejeki. Kemudian menjadi booming pada awal masa pemerintahan orde baru, di mana Jakarta berkembang pesat menjadi sentra perekonomian Indonesia. Pemuda dan pemudi harapan desa berbondong-bondong berangkat ke Jakarta demi pengharapan kehidupan yang lebih baik. Kenyataannya ya Wallahu alam bissawab.
Pun tradisi mudik lebaran sekarang nggak hanya jadi hak ekslusif umat Muslim Indonesia doang, tapi udah suatu kewajaran nggak peduli agama apapun, mereka ikutan mudik pulang kampung. Maklum di jadwal kalender libur lebaran biasanya jadi jatah cuti yang paling panjang, tentunya selain jatah semacam cuti model work from home kayak gini.
Lalu gimana cara pemerintah mensiasati mudik lebaran 2020 di tengah badai pandemi global corona? Apakah pemerintah udah siap dengan mitigasi bencana, beserta resikonya ketika jutaan pemudik berusaha pulang kampung?
Corona dinyatakan oleh WHO sebagai pandemi global, sehingga sudah sah dan meyakinkan masuk dalam kategori bencana non-alam sesuai diatur dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Beberapa daerah kabupaten/kotamadya juga sudah mengumumkan daerahnya Lockdown. Soal mitigasi corona dan lockdown udah dibahas berbusa-busa di artikel klikhukum.id yang lalu ndes.
Denger-denger si pemerintah bakalan nyiapin opsi pelarangan mudik lebaran 2020 demi membatasi dan mencegah penyebaran corona. Klop kan sama kebijakan beberapa daerah yang me-lockdown-kan diri saat ini.
Di sini masyarakatnya terkenal die hard dalam hal kepercayaan. Orang Indonesia nggak takut penyakit apapun, mereka lebih takut nggak punya duit dan nggak bisa pulang kampung lho Trot?
BACA JUGA: SURAT TILANG MILLENIAL
Yawes susah ndes kalo gitu, udah watak dari sononya mau gimana. Pindah ke Planet Pluto aja sana, biar jauh sekalian.
Bayangin kalo nggak diatasi, maka sebuah daerah yang secara geografis sedikit terisolir dari lalu lintas manusia, semacam sebuah desa di hulu Sungai Mahakam Kalimantan Timur sana bisa aja tertular virus Corona. Padahal menuju ke sana pun perjuangannnya nggak main-main, harus melewati Riam Udang dan Riam Panjang yang menantang adrenalin. Misalnya aja ketika lebaran, salah satu pemudanya yang kuliah di Jogja, nggak sengaja jadi carrier virus, trus pas pulang kampung dalam rangka mudik, si virus yang tadinya ada di badan doi hinggap hap lalu ditangkap, nemplek di seorang kai’ (kakek) berusia 90 tahun yang juga punya riwayat penyakit paru-paru basah. Gimana hayo ndes?
Pada mikir sampe ke sana nggak toh?
Apapun keputusan pemerintah nanti, tetap ikuti dan patuhi ya ndes. Karena selain demi kebaikan dan kesehatan bersama, sanksi pidana menanti bagi yang menyalahi aturannya seperti tertera di Maklumat Kapolri bernomor MAK/2/III/2020 Tahun 2020 tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Penyebaran Covid-19.
Inget, kamu mungkin aja kebal sama Corona yang secara medis disebut asymptom, tapi belum tentu orang-orang terkasih dan terdekatmu juga kebal. Jangan egois jadi orang, besok kalo mati mau jalan sendiri ke kuburan po?
“Lebaran sebentar lagi”
“Tak ada miskin tak ada kaya”
“Semua sama di depan Tuhan”
“Yang berbeda cuma amalnya”
“Semua ingin Lailatul Qadar”
“Semoga kita mendapatkannya”