Dikutip dari Wikipedia Indonesia, Paul Joseph Goebbels adalah seorang laki-laki yang lahir pada tanggal 29 Oktober 1897 di Rheydt distrik Ruhr. Saat masa kepemimpinan Der Fuhrer di Jerman, Goebbels yang merupakan pendukung utama Hitler juga merupakan pendukung gerakan anti-Semit yang aktif. Goebbels bergabung secara resmi dengan Nazi pada tahun 1924. Kemudian oleh Der Fuhrer ia diberi posisi kunci sebagai Menteri Propaganda Nazi.
Tau gak kalo Mbah Joseph Goebbels sekarang ini dikenal sebagai bapaknya siapa, eh, bapak propaganda modern. Jadi wajar aja sang ketua partai NAZI menunjuknya jadi Menteri Propaganda NAZI. Jadi selain blitzkrieg-nya Wehrmacht, Jerman juga terkenal sama propagandanya.
Peninggalan Goebbels yang hakiki adalah Argentum Ad Nausem atau lebih dikenal sebagai teknik Big Lie. Prinsip dari tekniknya itu adalah menyebarluaskan berita bohong melalui media massa sebanyak mungkin dan sesering mungkin hingga kemudian kebohongan tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran (Wikipedia Indonesia). Terdengar gak asing Ndes?
Mirip kan sama quote, “Kebohongan yang disampaikan secara terus-menerus dan konsisten akan berefek sama dengan kebenaran itu sendiri.” Wes, sampe sini aja teorinya. Nanti kalian jadi pinter ndes.
Eh, kalian ngerasain gak sih kalo UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan itu masih sangat diskriminatif bagi perokok. Buktinya UU ini sering di uji materiil kan di Mahkamah Konstitusi. Coba lihat dan pahami Pasal 113 Ayat (2) yang berbunyi “Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya.” Di sini seolah-olah zat adiktif itu hanya tembakau saja tok. Padahal belum jelas to, beneran gak tembakau itu zat adiktif yang bikin ketagihan?
BACA JUGA: AGENDA ASING DI BALIK BISNIS PENGENDALIAN TEMBAKAU
Seperti dalam pertimbangan Majelis Hakim Pemeriksa Perkara nomor 19/PUU-VIII/2010, bahwa meski materi gugatan ditolak oleh MK, tapi dua Hakim Konstitusi mengajukan dissenting opinion (pendapat berbeda) yang tak sepakat jika hanya tembakau sebagai satu-satunya zat adiktif. Dua orang Hakim Pemeriksa Perkara juga menyatakan kalo merokok merupakan bagian dari warisan budaya nuswantoro di sebagian masyarakat Indonesia.
Dilihat secara akar kata, adiktif itu sendiri berasal dari kata addict yang artinya ketergantungan. Jika kita mengacu pada KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat kecanduan dan menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya. Apabila penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek tertentu, seperti lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya. Lah, opo yo bener tembakau mengakibatkan ketergantungan? Tembakau disamain sama narkoba, disamakan dengan pengguna barang illegal.
Nek miturut Foxtrot sih, enggak yo. Misal nih, pas bulan puasa maka sebagai muslim yang beriman tapi tipis, Foxtrot juga kan ikutan puasa 30 hari penuh . Otomatis donk gak ngrokok kalo pas puasa, ngrokoknya pas udah buka. Ato misal pas sakit batuk, ya pasti gak ngerokok kalo masih batuk. Gak pernah tuh, Foxtrot ngerasa gejala sakau kayak mudah marah, gelisah, sakit kepala ato sulit tidur kalo gak ngrokok. Malahan Foxtrot gak bakalan bisa tidur kalo sambil ngrokok. Takut keslomot udud ndes.
Berhenti ngrokok ya berhenti aja, gak usah pake alasan ini itu. Gak usah dikait-kaitin sama candu yang bikin perang di Cina tahun 1836 sampe 1860 yang berjilid-jilid itu.
Banyak kok yang bisa berhenti ngerokok, ada yang pelan-pelan, ada juga yang tiba-tiba berhenti ngerokok, meninggal misalnya.
BACA JUGA: HERBAL ATAU ELEKTRIK, TETAPLAH BIJAK JADI PEROKOK
Nikotin yang terkandung dalam tembakau dinilai sebagai aktor utama penyebab kecanduan itu sendiri. Padahal faktanya nikotin juga ada di dalam sayur-mayur seperti kentang, terong, dan karbohidrat pada nasi. Apa ya pernah liat orang kecanduan kentang, ngisep-isep kentang lewat hidung di pojokan terus mbubuti rumput selapangan bola? Ato kecanduan terong? Bhah, itu kecanduan ato alat bantu seksual ndes?
Pandangan buruk kepada rokok kretek sebagai industri hasil tembakau sering banget dikait-kaitin sama isu kesehatan. Cerita soal akibat kecanduan rokok udah kayak cerita cerainya artis yang diangkat berkali-kali sama buzzer, jadi berdampak mengusik kesadaran masyarakat dunia, hasilnya banyak masyarakat Indonesia setuju tanpa bersusah-susah cari info lain. Harusnya pada belajar melakukan pendalaman materi kayak di bimbel-bimbel online di masa pandemi ini. Ya ini tadi yang dimaksud Mbah Goebbels dari teorinya The Big Lie. Padahal kalo mau berimbang, banyak penelitian yang membantah tapi gaungnya gak sesangar kampanye anti rokok.
Anti rokok selalu pake jargon yang dahsyat, kesehatan. Siapa yang gak mau sehat coba? Bangsa Jin dari Gunung Merapi juga pengen sehat, apalagi fucek boi macam kalian to ndes.
Tapi apa ya, gak ngerokok itu pasti sehat? Eh, kebalik. Apa ya, ngerokok itu pasti gak sehat?
Padahal nih ya, yang paling berperan buat kesehatan itu keseimbangan konsumsi dan perilaku hidup. Kayak dikutip dari website bolehmerokok.com, yang ditulis Pakdhe Zulvan Kurniawan bahwa, “Pada tahun 1994, negara dengan harapan hidup paling tinggi adalah Islandia (76,6 tahun), 31% laki-lakinya merokok. Yang kedua adalah Jepang (76,5 tahun), 59% laki-lakinya merokok. Sementara negara-negara dengan tingkat konsumsi rokok tinggi namun juga memiliki harapan hidup tinggi adalah Israel (75,9 tahun, 45% laki-lakinya merokok); Yunani (75,2 tahun, 46% laki-lakinya merokok,); Kuba (74,7 tahun, 49,3% laki-lakinya merokok) dan Spanyol (74,5 tahun, 48% laki-lakinya merokok).” Tuhkan, berdasarkan penelitian itu gak ada kaitannya antara merokok dengan kesehatan ndes. Sekali-kali ngutip dari website para pejuang tembakau boleh donk.
Perokok itu punya jiwa yang tangguh, kuat dihajar gelombang kayak batu karang, tapi mletho ditinggal mantan kawin sama pacar barunya. Battle proven, bakoh diteror kiri-kanan, didiskriminasi selalu, dan masih istiqomah berkontribusi bagi pemasukan negara tapi merokok jalan terus. Karena kami kaum perokok adalah golongan orang paling keras kepala sedunia dan akhirat.