Kita terbiasa meneladani pahlawan nasional, tokoh hukum dunia, bahkan terkadang dosen favorit (yang ngasih nilai A padahal ujian kita open book dan nyontek). Tapi hari ini, mari kita turunkan ekspektasi sedikit. Yuk, belajar dari ikan.
Iya, kamu nggak salah baca. Ikan. Makhluk yang hidup di air, nggak bisa selfie, tapi justru penuh filosofi. Siapa sangka, banyak banget sifat baik ikan yang sebenarnya bisa ditiru mahasiswa hukum. Cekidot, langsung disimak aja!
1. Teguh Memegang Prinsip (Biar Nggak Jadi Pembela Sesat)
Ikan hidup di air asin, tapi dagingnya tetap tawar (kecuali ikan asin/ dikasih garam). Artinya? Dia nggak terpengaruh sama lingkungannya. Mahasiswa hukum juga harus begitu. Meski lingkunganmu penuh hoaks, opini viral dan pengaruh ‘group gosip kampus,’ kamu tetap harus netral dan berpegang pada prinsip keadilan.
Karena dunia hukum bukan soal siapa yang paling rame teriak, tapi siapa yang bisa berdiri pada norma dan hukum positif. Jangan sampai ikut-ikutan opini publik yang belum tentu berdasar hukum. Sama seperti hakim yang harus adil saat memberikan putusan, mahasiswa hukum juga harus teguh memegang prinsip.
2. Pantang Menyerah (Karena Hukum Itu Ribet Tapi Worth It)
Coba lihat salmon. Berenang ratusan kilometer, melawan arus deras, bahkan melompat-lompat naik air terjun hanya untuk sampai ke tempat dia bertelur. Hidupnya literally penuh rintangan, tapi dia tetap maju. Begitu juga kamu. Jangan menyerah hanya karena tugas hukum acara pidana belum kelar atau nilai hukum waris yang bikin kamu pengen ganti jurusan ke perikanan. Kalau salmon aja nggak nyerah, kamu juga pasti bisa.
Belajar hukum ibarat berenang melawan arus, apalagi kalau kamu ikut lomba debat atau praktek simulasi sidang. Tapi yakinlah, semakin sering kamu ‘berenang,’ semakin kuat kamu nantinya. Sama halnya peraturan, semakin banyak diuji, semakin kokoh keberlakuannya.
3. Adaptif dan Fleksibel (Tapi Bukan Plin-plan)
Tuna bisa berenang ribuan kilometer tanpa aplikasi navigasi. Mereka punya insting orientasi yang tajam, menyesuaikan diri dengan arus, suhu, bahkan predator. Kamu juga kudu begitu. Bayangkan, dalam sehari kamu bisa belajar hukum perdata, pidana, bisnis, bahkan cyber law. Belum lagi regulasi yang bisa berubah kapan saja.
Dalam praktik, kamu bakal dituntut paham UU ITE yang multitafsir, hukum perlindungan data pribadi yang baru, hukum yang mengatur soal AI, hingga hukum lingkungan hidup yang makin relevan. Fleksibilitas akan menjadi kunci penyelamat.
BACA JUGA: SERUNYA JADI MAHASISWA FAKULTAS HUKUM
4. Kerja Cerdas
Ikan paus orcha memiliki logika yang bagus banget. Dalam berburu, orcha menggunakan kecerdasan dan insting yang goks parah. Kalo kalian meliat cara orcha berburu anjing laut yang ada di atas es kutub, si paus memisahkan anjing laut dari es kutub terus membuat gelombang yang ngancurin es itu, biar anjing lautnya masuk ke dalam air. Di sanalah paus orcha memegang kendali.
Demikian juga dengan anak hukum. Dalam mengerjakan skripsi, anak hukum harus punya strategi. Kalo strateginya sudah matang baru mulai deh, ngerjain isinya dengan mengambil judul biar nyari datanya nggak sulit, terus dibikin outlinenya, terakhir arah endingnya mau ke mana. Kalo nggak punya strategi, yang ada malah skripsinya bakalan lama kelar.
5. Tidak Iri dan Fokus pada Diri Sendiri
Ikan nggak iri sama burung. Dia nggak pengen terbang. Dia bahagia di habitatnya.
Mahasiswa hukum seringnya lupa ini. Selalu ngebandingin diri, “Kok, dia udah magang, Aku belum? “Kok, dia sudah sidang skripsi, aku baru Bab II?”
Padahal proses hukum juga mengenal asas due process of law, semua ada tahapannya. Jangan buru-buru yang penting konsisten, bukan cepat. Lihat aja hukum acara pidana: panjang, ribet, tapi tetap penting.
Belajar hukum memang berat. Tapi kalau ikan bisa tetap hidup di air asin tanpa berubah rasa, kamu juga bisa tetap menjadi manusia waras di dunia hukum yang terkadang absurd. Lain kali kamu makan ikan, jangan cuma dinikmati—resapi juga filosofinya. Siapa tahu, itu yang bikin kamu bisa menjadi mahasiswa hukum yang nggak maen-maen.