Sekarang ini, kita tau bahwa internet sudah menjadi kebutuhan ‘primer’ untuk sebagian masyarakat. Internet awalnya diciptakan untuk menghubungkan komputer dalam satu jaringan yang diawali oleh US, UK dan Prancis. Pengembangan konsep dan juga teknologi terus dilakukan, hingga akhirnya jadi internet yang kita kenal sekarang. Sebuah mahakarya teknologi yang kemudian menghubungkan seluruh dunia. Kita bisa ngeliat video di youtube, main tiktok, dan juga stalking instagram cewe sebelah rumah, thanks to the internet.
Walaupun paket data mahal, tapi gak masalah sih menurutku. Walaupun kadang harus gak makan satu minggu atau gak ngerokok 12 tahun, kita tetep beli paket buat internet. Internet is life. PUBG harus jadi ace, pokoknya tiktok fyp, dan youtube harus dapet subscriber banyak.
Robert E. Kahn, sang founder dari internet pernah berkata.
“Kau tak bisa menatap ke dalam bola kaca dan melihat masa depan. Internet akan jadi seperti apa di masa depan adalah apa yang dibuat oleh masyarakat.”
Apakah internet sekarang bener-bener toxic sampe isinya cuma orang-orang bilang anj*ay?
Ataukah internet isinya cuma orang yang mau pansos?
Semua itu ya, hasil dari masyarakat kita. Tepat seperti yang dikatakan Robert E. Kahn, bahwa kita gak bisa tahu internet mau ke mana. Arah jalur internet hanya bisa ditentukan oleh masyarakat. Ntah, itu ke arah yang positif, atau ke arah yang negatif. Good or bad, we define it.
BACA JUGA: 5 ASAS HUKUM YANG WAJIB KAMU TAU
Kalau misalnya internet lari ke arah yang lebih baik ok lah, tapi kalau ke arah yang buruk, juga gak masalah. Buruk menurut pandangan siapa dulu, ya kan? Ada yang mikir nonton film di Netflix itu boleh, eh tapi ada juga yang pernah ngeblok. Ada orang yang belajar lewat internet, tapi banyak juga yang melakukan kejahatan lewat internet.
Inilah masalah yang sebenernya lagi dihadepin sama seluruh orang di dunia. Internet mau jadi apa? Mau tetep bebas kaya sekarang atau ditahan laju perkembangannya. Menurutku sih, terserah masyarakat dan pemerintah ya. Toh, juga pemerintah selalu melakukan kajian tentang penggunaan internet dalam kehidupan sehari-hari. Contoh yang paling jelas adalah aturan tentang UU ITE. Thanks to UU ITE, orang sekarang sudah mikir kalo mau jatuhin orang ataupun nyebar berita hoax.
Internet yang tadinya bebas, sekarang dipaksa harus tunduk sama aturan. Pokonya gak boleh ada hoax, titik no debat.
Tapi ga cuma UU ITE, UU Pornografi juga misalnya. Berkat UU itu konten-konten berbau pornografi juga banyak yang hilang dari Internet. Makasih lah, sama Menkominfo yang rajin ngeblok situs porno. Kalau bahas ini jadi inget seorang artis yang pernah masuk penjara karena video bokepnya kesebar. Kasian, tapi mau bagaimana lagi. Hukum adalah hukum. Mau gak mau harus dipatuhi.
Masih ada lagi nih, men-temen. UU Hak Cipta juga ikut berkontribusi dalam hal nonton video. Berapa banyak coba, situs streaming film ilegal di Indonesia. Berkat adanya UU Hak Cipta situs-situs itu disepak. Sampe ada situs streaming film yang terkenal juga ditutup. Beberapa orang ada yang masuk tim sedih, tapi ada juga yang masuk tim seneng. Kalo aku masuk ke tim hore, awokawokawok. Ya lagian streaming film, masak ilegal. Kasihan dong, para kreator yang udah berdarah-darah membuat filmnya.
Hal yang paling baru adalah RCTI yang nyentil ke sana kemari, padahal pemerintah udah berusaha membuat aturan terkait cara berselancar di Internet. RUU Perlindungan Data Pribadi juga lagi digoreng. Walaupun ga tau matengnya kapan, awokawokawokawok.
Ya, memang sekarang zaman sudah memasuki era digital, jadi wajar aja kalo cara berselancar di internet harus juga diatur. Klo gak diatur bisa dibayanginlah, bakal jadi gimana chaosnya. Betapa banyak konten sampah yang bermutu, tapi rendah bertebaran di mana-mana.
BACA JUGA: ANTARA HOAX, KEKERASAN, TNI VS POLRI
Masalah kaya gini sebenernya juga udah jadi concern lama, bahkan ada istilah namanya Splinternet. Kita akan bicara tentang Splinternet kapan-kapan aja kalau aku ada ide, yang pasti bukan sekarang. Intinya adalah, internet pecah karena ada beberapa faktor, seperti politik, teknologi, pasar, agama, nasionalisme atau apa ajalah. Intinya internet dipecah, gak sebebas dulu lagi. Titik.
Pemerintah Indonesia masih lumayan selow mengatur dunia internet, beda dengan negara tetangga. Misalnya aja, India udah ngeban tiktok, EU lagi analisa Tiktok melanggar privasi atau engga, US juga gembar-gembor hal yang sama.
Internet yang seharusnya menghubungkan dunia, sekarang dipertanyakan eksistensinya. Bagaimana kita terhubung lewat internet, informasi apa yang dapat kita akses, dan bagaimana kita bisa dapat benefit dari internet yang sedang mengalami perubahan.
Apakah perubahan ini menjadi baik atau buruk itu tergantung dari masyarkat kita. Tergantung dari produk masyarakat yang dibuat. Dalam hal ini produknya adalah hukum.
Seberapa jauh hukum akan menaklukkan internet? Itulah pertanyaan dan sebuah kisah yang akan kita lalui.
“The Internet lives where anyone can access it.” – Vinton Cerf, Founder of Internet