Pageblug corona ini benar-benar memukul banyak pihak tanpa pandang bulu. Mau orang yang dari sononya udah berlimpah harta, sampai orang yang buat makan sehari-hari aja susah, semua kena dampaknya. Semua mumet gara-gara corona, karena pendapatan jadi berkurang. Apalagi mereka yang penghasilannya bersifat harian. Maka bersyukurlah kalian-kalian yang tiap bulannya dapet gaji dan selama pageblug corona ini tetep bisa kerja di rumah atau di kosan.
Pemerintah sebenernya gak diem-diem bae. Untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk kelonggaran/relaksasi kredit usaha mikro. Untuk memfollow up kebijakan tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) udah nerbitin Peraturan OJK Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019. Wuih, mantep gak tuh?
Tujuan dari peraturan OJK itu untuk memberikan kelonggaran bagi debitur (orang yang punya utang), yang kesulitan membayar utang di bank gegara wabah corona. Debitur bisa mendapat keringanan untuk mengangsur utang mereka di bank. Inget, bacanya yang bener. Keringanan untuk mengangsur utang, bukan peniadaan utang, kisanak! Yang punya bank nangis nanti kalau keringanan mengangsur utang disalahartikan sebagai peniadaan utang.
Setelah saya membaca Peraturan OJK Nomor 11 Tahun 2020, saya cuma mau bilang, jangan terlalu banyak berharap deh. Lho, kok bisa begitu? Ya bisa, dong. Soalnya begini, Pasal 2 Ayat (1) Peraturan OJK Nomor 11 Tahun 2020 bilang, kalo bank dapat menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitur yang terkena dampak penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19). Kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi itu terdiri dari kebijakan penetapan kualitas aset dan kebijakan restrukturisasi kredit atau pembiayaan.
BACA JUGA: CURKUM #36 APAKAH DC BOLEH NARIK KENDARAAN KREDIT MACET?
Coba deh perhatikan. Di pasal itu yang dipakai adalah kata ‘dapat’, bukan kata ‘wajib’. Itu artinya, kalo bank ogah kasih keringanan angsuran untuk debitur, ya itu sah-sah aja, gak bisa disalahin. Soalnya kata ‘dapat’ itu sifatnya memberikan hak untuk memilih, jadinya kalo mau dilakukan ya monggo, kalo gak ya gak dapet sanksi. Makanya, jangan heran setelah Pak Jokowi ngumumin relaksasi kredit, terus banyak bank yang kasih pengumuman kalo pembayaran angsuran tetap berjalan seperti biasa.
Terlepas dari itu, bagi debitur yang mengalami kesulitan untuk melakukan pembayaran kredit, bisa nyoba mengajukan relaksasi kredit. Ya namanya juga usaha. Nih, saya kasih beberapa tips nya:
1. Berdoa
Jangan dianggep bercanda dulu, ini serius. Kan tadi uda dibilangin kalo bank sebenernya gak wajib memberikan keringanan untuk angsuran kredit. Makanya, banyakin berdoa deh, biar bank yang kalian utangin itu bersedia memberikan keringanan. Kalo gak ya, ya udah, nangis bareng aja yuk.
2. Nunggu Pengumuman
Nah, kalo ternyata bank yang kalian utangin memutuskan untuk memberi keringanan angsuran kredit ke nasabahnya yang kesulitan buat bayar gegara pageblug corona ini, terus apa dong yang kudu dilakukan? Yang pertama harus dilakukan bersyukur dulu. Nah, kalo uda bersyukur, tunggu deh pengumuman dari bank masing-masing, karena tiap bank punya tata cara dan kebijakan masing-masing.
Kenapa harus nunggu pengumuman dari bank masing-masing? Soalnya Pasal 2 Ayat (4) Peraturan OJK itu bilang, kalo bank menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi, maka bank kudu punya pedoman untuk menetapkan debitur yang kena dampak COVID-19.
Pedoman itu seenggaknya harus mengatur mengenai kriteria debitur yang terkena dampak COVID-19 dan sektor apa aja yang kena dampak COVID-19. Kalo dari penjelasan Pasal 2 Ayat (1) sih, sektor ekonomi yang dimaksud adalah sektor ekonomi yang terkait sama pariwisata, transportasi, perhotelan, perdagangan, pengolahan, pertanian dan pertambangan.
Dari sudut pandang bank, penentuan kriteria debitur itu termasuk penting, karena kalo mau disebut terkena dampak COVID-19, ya semua debiturnya kena dampak. Cuma kan ada debitur yang ngutang untuk kegiatan produktif, alias untuk cari penghasilan, dan ada juga yang cuma untuk konsumtif. Jadi di situlah pentingnya kriteria debitur. Kalo gak ada kriteria debitur, ya keuangan bank remuk semua boskuuuuuh.
3. Ngajuin Permohonan
Ternyata bank udah ngasih pengumuman, dan secara kriteria debitur udah yakin banget kalo masuk dalam kriteria debitur yang terkena dampak COVID-19, karena emang ngutang buat kegiatan produktif. Selain itu, dari sektor ekonomi ternyata masuk ke dalam golongan debitur yang dibolehin buat ngajuin keringanan. Lalu apa yang harus dilakukan berikutnya? Ya ngajuin permohonan ke bank, lah. Apa lagi?
Oh ya, kalo berdasarkan Lampiran Peraturan OJK Nomor 11 Tahun 2020, pemohon (debitur) nanti disuruh ngisi sektor ekonomi yang dijalankan beserta keterangannya. Keterangan yang dimaksud di sini adalah, penjelaskan tentang dampak COVID-19 terhadap usaha pemohon. Misalnya ada pemohon yang punya usaha di sektor transportasi. Nah, gegara COVID-19, negara memberlakukan karantina wilayah, sehingga bus-bus pemohon tidak beroperasi, jadi pemohon gak dapet pemasukan, padahal pemohon masih punya kewajiban untuk ngegaji karyawannya.
BACA JUGA: DC MULAI REDUP
Dari ilustrasi di atas, yang diisi di kolom keterangan itu bukan “karena ada COVID-19, pendapatan jadi berkurang”, tapi “karena ada pemberlakuan karantina wilayahuntuk mengatasi COVID-19, maka bus-bus pemohon tidak beroperasi, sehingga hal ini mempengaruhi pendapatan pemohon”. Jadi ngisi keterangannya jangan “karena ada COVID-19, pendapatan jadi berkurang”, karena yakin deh pasti ditolak.
4. Berdoa Lagi
Permohonan juga udah diajukan dan bank sedang mempertimbangkan untuk ngasih keringanan apa gak ke debiturnya. Terus apa lagi ya kira-kira enaknya? Nah, kalo bingung, banyakin berdoa aja gih biar permohonannya gak ditolak sama bank.
5. Tertib Bayar Angsuran
Selamat ya, akhirnya bank memutuskan untuk memberi keringanan kredit. Nah, kalo uda dikasih keringanan, jangan disia-siakan. Kudu tertib bayar angsuran. Inget, permohonan yang diajuin namanya permohonan keringanan mengangsur utang, bukan permohonan peniadaan utang, kisanak!