Sebenarnya perintah Pak Pimred Klikhukum.id saya disuruh menulis Kisah Sukses Menjadi Pengacara Muda di Jaksel. Tapi keknya denial banget deh, diksi sukses di posisi saya sekarang ini. Makanya gout pelintir tulisan ini dengan judul Skena Firma Hukum Jaksel di mata punk lawyer.
Faktanya, Jakarta masih menjadi salah satu target lulusan sarjana hukum untuk mengadu nasibnya menjadi lawyer ataupun profesi hukum lainnya. Dengan harapan akan mendapatkan kesuksesan di kota yang penuh dengan kemacetan ini.
Salah satunya saya, kira-kira setahun lebih pindah dari Utara Yogyakarta menuju Jakarta Selatan dan sekarang ngantor di bilangan Jalan Rosuna Said Kuningan.
Kenapa saya memutuskan pindah? Ya, karena setelah lima tahun lebih mencoba mengais rejeki di Yogyakarta, finansialnya gitu-gitu saja. Akhirnya di pertengahan 2022 saya memutuskan pindah ke Jaksel. Alhasil sekarang finansialnya juga masih gitu-gitu aja. Makanya saya belum pantas bercerita soal kesuksesan.
Skena Firma Hukum di Jaksel
Bagi pembaca yang akan mencoba ke Jakarta apalagi sedang mencari kantor hukum di wilayah Jakarta Selatan, saya sarankan coba kalian banyakin dengerin lagunya The Jansen berjudul “Mereguk Anti Depresan Lagi.”
Pasalnya kecrowdedtan dunia kerja di sini sudah lintas dimensi. Artinya bukan kerjaan saja yang menumpuk, tapi kalian juga harus siap capek di jalan karena kemacetan. Belum lagi capek hati melihat teman seprofesi menggunakan tas, sepatu dan pakaian branded semua. Apa nggak nyesek tuh.
BACA JUGA: JADI LAWYER HANDAL DENGAN STRATEGI PERANG SUN TZU CHAPTER (1)
Kalau kalian nggak kuat menahan godaan kemewahan kota metropolis ini, dipastikan mental health bakalan terguncang. Alhasil banyakin deh, nyetok obat anti depresan supaya hidup tenang. Minimal kalau nggak ada doku, belilah intisari atau anggur merah cap orang tua.
Kekacauan itu semua sebenarnya faktor eksternal yang bisa membuat culture shock ketika bekerja di sini, yang dimulai dari faktor internal (bidang keilmuan hukum). Saya sarankan jika mau masuk ke skena lawyer Jaksel, minimal harus punya keahlian bidang hukum tertentu.
Contohnya, kalian jago di bidang kepailitan dan PKPU, kekayaan intelektual, pasar modal, hukum pertambangan atau hukum pajak dan lain sebagainya.
Jika kemampuan kalian masih sebatas gugatan perceraian, gono-gini atau membuat laporan polisi tentang tipu gelap, saya sarankan belajar dulu lagi deh, sebelum apply kerjaan di Firma Hukum Kawasan Jaksel.
Bukannya saya mengecilkan kepandaian kalian ya, hanya menyarankan saja supaya mental healthnya terjaga. Bisa dibayangkan, sudah capek di jalan terkena macet, sampek kantor kena marah gegara nggak siap dengan kasus-kasus hukum yang khusus.
Soalnya saya mendengar sendiri dari Managing Partners salah satu firma hukum Top di Jaksel. Beliau berkata jika akan memilih Associate Advokat untuk bekerja di kantornya, mereka memilih orang yang sudah siap kerja, bukan lagi mengajarkan dari nol.
Artinya konsep siap kerja, kalian juga harus meriset jenis kantor yang akan diapply, lihat skena kantornya bergerak di bidang apa dan jika merasa cocok secara keilmuan dengan yang dikuasai barulah kalian apply.
Attitude & Identitas Adalah Harga Mati
Jakarta keras pren, saking kerasnya bisa tua di jalan apalagi terkena macet di Antasari. Tapi untuk melunakkan kerasnya Jakarta apalagi bagian Selatan kuncinya adalah harus memiliki attitude dan identitas.
BACA JUGA: MAU JADI ADVOKAT, INI SYARATNYA!
Konsep attitude dan identitas ini harus kalian tanamkan setelah tahu spesialisasi di bidang ilmu hukum apa yang dikuasai. Artinya kalian sudah diterima di salah satu firma hukum yang dipilih.
Sikap merasa bodo amat, sikap hidup gemati dan sikap profesional itu penting banget untuk diterapkan pren. Karena sikap itulah yang membantu agar dapat dikenal sebagai seorang lawyer yang berciri khas.
Ngomongin ciri khas atau identitas, diperlukan juga untuk memunculkan gimmick di skena Firma Hukum Jaksel. Contohnya, semenjak berkantor di sini, style punk lawyer tetap saya suarakan di setiap lini.
Walaupun pandangan miring tentang saya pasti ada, tapi saya punya solusi buat menangkal dan menghadapinya yaitu bersikap bodo amat. Dengan begitu ada suatu identitas pembeda antara kalian dan jutaan lawyer di luar sana. Hal inilah yang menjadikan kalian mudah dikenal orang.
Jadi jika kalian kebetulan alumni fakultas hukum di Jogja apalagi UII, ketika beracara di Jaksel dan mendengar kata punk lawyer itu siapa, dengan pede saya bisa memastikan itu gout pren. Walaupun sebenarnya gout punk lawyer nomor dua setelah Bang Ndaru Supriyono.
Itulah pren, kisah tentang skena Firma Hukum Jaksel yang bisa saya ceritakan buat kalian semua. Disclaimer, tulisan ini hanya pandangan pribadi dan tentu kebenarannya hanya subjektivitas dan dipastikan kisah ini berbeda dengan pandangan lawyer-lawyer lainnya.