“The role of artificial intelligence, including machine learning and automation, will be profound. Law enforcement agencies will be able to leverage AI technologies to process and analyse vast amounts of data to identify patterns, predict criminal activities and enhance public safety.” – Satya Nadella, CEO of Microsoft
Bagi kalian yang belum tahu, ChatGPT merupakan sebuah language model yang dikembangkan oleh OpenAI. ChatGPT ini didasarkan pada arsitektur GPT (Generative Pre-trained Transformer), khususnya GPT-3.5 yang dirancang untuk menghasilkan respons seperti manusia terhadap input teks dan dapat terlibat dalam interaksi percakapan. So, basically, ChatGPT is an AI, dimana kalian bisa ‘ngobrol’ sama mereka.
Penting untuk diperhatikan bahwa ChatGPT merupakan sebuah model bahasa dan tidak memiliki pemahaman atau kesadaran diri. ChatGPT menghasilkan respons berdasarkan pola yang telah dipelajari dari data pelatihan dan keluarannya dipengaruhi oleh masukan yang diterimanya.
Meskipun ChatGPT bisa sangat mahir dalam menghasilkan teks informasi, kadang-kadang juga masih menghasilkan respons yang salah atau tidak masuk akal. Oleh karena itu, penting untuk kita menggunakan keluaran atau hasilnya secara kritis dan juga melakukan verifikasi informasi dari sumber yang dapat dipercaya.
BACA JUGA: 5 DERITA SEBAGAI DOSEN FAKULTAS HUKUM YANG WAJIB MAHASISWA PERLU TAHU!
So, here are the tips for you guys, mahasiswa hukum yang ingin menggunakan ChatGPT dalam proses perkuliahan.
- Research and facts checking
Gunakan ChatGPT untuk menemukan informasi dengan cepat tentang konsep hukum, kasus, peraturan atau prinsip hukum. But, always remember for verify the information yang diperoleh dari ChatGPT dengan merujuk pada sumber hukum yang ada dan berkonsultasi dengan dosen atau buk. ChatGPT dapat memberikan titik awal yang baik dalam penelitian, tetapi penting untuk memeriksa ulang keakuratan dan validitas informasi.
- Asking specific question
Saat mencari informasi atau klasifikasi hukum, try to be spesifik dalam memberikan pertanyaan agar mendapatkan jawaban yang lebih akurat dan relevan. Kalau kalian mencoba pertanyaan secara umum seperti “Apa saja unsur-unsur kontrak?” cobalah dengan menggunakan “Apa empat elemen penting dari kontrak yang sah menurut hukum umum?” That should do the tricks.
- Understanding the limits
Meskipun ChatGPT dapat memberikan wawasan dan informasi yang berharga, penting untuk mengetahui batasannya. ChatGPT adalah model bahasa AI dan tidak memiliki informasi real-time dan terkini di luar tanggal batas pengetahuannya. Selain itu, ChatGPT mungkin tidak memiliki akses ke semua kasus hukum tertentu atau perkembangan hukum terkini. Intinya, selalu verifikasi informasi dari sumber yang terpercaya.
- Structured queries
ChatGPT merespons kueri terstruktur dengan baik atau menggunakan kata kunci. Misalnya, daripada mengajukan pertanyaan seperti “Jelaskan hukum gugatan?” kalian dapat memecahnya menjadi pertanyaan yang lebih kecil dan lebih terfokus seperti “Apa saja tiga kategori utama hukum gugatan?” atau “Apa perbedaan antara kelalaian dan kealpaan?”
BACA JUGA: 5 ALASAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM HARUS BISA MENULIS
- Use case scenario
Menyajikan situasi hipotesis atau skenario kasus ke ChatGPT dapat membantu kalian dalam memahami bagaimana prinsip dan aturan hukum berlaku untuk situasi tertentu. Dengan membahas berbagai skenario, kalian dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang penerapan praktis hukum tersebut.
- Engage in critical thinking
Meskipun ChatGPT dapat memberikan informasi hukum, penting untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis sebagai mahasiswa hukum. Evaluasi informasi yang diberikan oleh ChatGPT, pertimbangkan berbagai perspektif dan terlibat dalam analisis independen untuk membentuk pendapat dan argumen sendiri.
Remember, ChatGPT is a tool to assist you in your studies. Bukan berarti bisa digunakan untuk menggantikan legal research, course materials atau bimbingan dari dosen kalian. Use it as a supplement untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman.
“AI can assist law enforcement in sifting through vast amounts of data, but it’s important to strike a balance between security and privacy to protect individual rights and liberties.” – Geoffrey Stone, Law Professor at the University of Chicago