Apakabar para pejuang kehidupan?
Yang selalu berjuang membanting tulang memakan kawan demi bertahan hidup? Apalagi di tengah pandemi yang katanya udah bergeser ke fase new normal ini. Bekerja dari rumah yang orang Jogja bilang work from home bagi beberapa penggiat pundi-pundi rupiah justru bikin ritme kehidupan mereka kacau. Jam kerja campur aduk dengan family time, meeting online via aplikasi berjam-jam, dikit-dikit buka laptop, buka laptop kok dikit-dikit.
Liat aja beberapa konten kreator di dunia maya, kesibukan mereka jauh lebih padat daripada masa dahulu sebelum negara api menyerang. Akun-akun media sosial mereka penuh dengan konten terbaru yang berlomba-lomba mencoba menarik viewer terbanyak. Itulah kenapa Foxtrot akhir-akhir ini muncul di banyak konten media sosial. Ya, lewat suara di Podcast Masyarakat Sejahtera. Dan, buat yang kangen liat muka ganteng Foxtrot bisa pantengin di Live Facebook Bilik Hukum setiap hari Jumat jam 8 malem Waktu Indonesia Barat.
Foxtrot juga ngerasa kayak gitu ndes, sejak masa pandemi awal sampe sekarang yang katanya fase new normal rasanya lebih sibuk daripada masa tenang dulu. Gak ada lagi waktu santai ongkang-ongkang kaki sambil ngeliatin orang lewat di depan kantor redaksi. Sekarang dikit-dikit keluar kota untuk syuting, sebentar-sebentar nongkrong di co-working space ngonten podcast. Sangar yak, sibuk banget. Cabailah pokoknya.
Ternyata yang bikin capek ketika WFH selain dari menumpuknya pekerjaan dan jam kerja yang gak jelas, ada faktor psikologis yang berperan membuat capek bertambah dahsyat, ditambah lagi stres dan kecemasan soal kondisi alam semesta. Pada situasi sekarang, rutinitas yang monoton, alias yang itu-itu aja menyebabkan kita merasa lelah. Ditambah pula beban psikologis berupa kecemasan terkait corona viruses diseasse bisa membuat orang kehabisan tenaga. Lemah, letih, lesu, lunglai ra nduwe (gak punya) duit adalah hasil akhirnya yang gondhes-prendhes rasain sekarang ini. Tenangno pikirmu (santai) ndes, gak cuma kamu kok. Tetangga kiri-kananmu juga sama. Pandemik ini bikin kita semua sama rasa, sama rata. Sama-sama semua dimulai dari nol, kayak slogan mbak SPBU.
BACA JUGA: 10 AKTIVITAS WFH ALA FOXTROT
Udah WFH dengan online meeting, kebut-kebutan kayak balap liar, ditambah anak-anak belajar dari rumah pasti tambah hebohlah itu. Kalang kabut antara deadline kerjaan sama tugas sekolah anak, ati-ati kesehatanmu lo ndes. Waspada kena gejala burnout yang bukan ngebakar kalori jahad di perut family pack-mu, tapi malah ngebakar kesehatan fisik dan mentalmu. Burnout sebagai akibat dari kelelahan bekerja, baik kelelahan jasmaniah maupun kelelahan rohaniah.
Kalo di masa normal dulu (yakan sekarang udah masa new normal), untuk pekerja dibatasi jam kerjanya kayak bunyi UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 77 Ayat (2) mengatur bahwa, “Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) meliputi : a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.”
Alias udah jelas dan pasti, trus gimana sekarang ini ndes? Ketika jam kerjamu jadi gak pasti, kalo kurang sih, enak bisa santuy-santuy kek di pantai. Nah, kalo lebih gimana? Gimana gak lebih, la wong kerjaan dibawa ke rumah alias kerja di rumah, ya pasti potensi kerja berlebih itu ada banget. Inget apapun pekerjaanmu jangan sampek ganggu waktu bermainmu ndes. Itu koentjik!
Yang biasanya masuk kerja jam 8 pagi pulang jam 4 sore, Sabtu-Minggu masih bisa pergi refreshing berendam air panas di pusat kebugaran khusus pria. Nah, sekarang gegara WFH ini, jam kerja bisa aja jadi lebih dari sepertiga waktu seharianmu dan Sabtu-Minggu pun masih ngelayani online meeting mendadak rikues dari pak bos besar. Meninggal mulutmu ndes.
Jangan-jangan udah ada yang ngerasain gejala meriang gara-gara udah lama gak olah vokal nih?
BACA JUGA: WFH ALA SARJANA HUKUM
Gimana pemerintah lewat UU Ketenagakerjaan ngerespon keadaan sekarang? Apa ya, cukup diserahkan kepada kebijakan masing-masing perusahaan? Inget namanya perusahaan itu pasti berusaha dapet hasil sebesar-besarnya dengan modal seminimal mungkin. Potensi pekerja yang diperah berlebihan sampek lecet gegara bekerja di luar kewajaran akibat pandemi dan WFH ini kasat mata banget ndes. Cuma sapi perah yang rela diremes-remes setiap hari tanpa minta komitmen apapun.
Siapa yang bakalan merhatiin keselamatan dan kesehatan pekerja yang WFH sekarang ini ndes?
Padahal nih, UU Ketenagakerjaan di Pasal 86 Ayat (1) bilang, “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral dan kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.” Karena pekerja juga manusia yang punya rasa punya hati, jangan samakan dengan pisau belati.
Apa iya, harus berpangku tangan dan nunggu Mas Avatar A’ang berhasil ngerukyah Raja Api Ozai biar kondisi kembali seperti semula? Padahal sementara ini, waktu terus berjalan, para pekerja semakin hari semakin diserang kelelahan akibat bekerja berlebihan.
Trus, solusinya apa Mas Trot? Ya gak ada, dipikir sendirilah kalian-kalian ini. Kan yang WFH kalian, mosok Foxtrot yang nyari jalan keluarnya?
Foxtrot cuma iseng nulis uneg-uneg aja daripada gak ngapa-ngapain. Pura-pura sibuk biar dikira ada kerjaan. Kalo kalian nyari tulisan bermutu baca aja tulisannya Mas Mahen Kanebo ato Ibu Peri Noviana Monalisa sana.