Akhir-akhir ini banyak banget berita viral yang kocak-kocak. Salah-satunya tentang pertengkaran antar penjual sate di suatu tempat wisata di Jawa Timur. Menurutku sih, ini masalah sepele banget. Jadi kalo niat, bisa banget diselesaikan dengan kepala dingin tanpa harus keluar ucapan caci-maki.
Jadi kejadiannya tuh, pas hari Minggu, seperti biasa tempat wisata itu selalu rame tiap weekend. Adalah seorang wisatawan luar kota yang sedang berlibur di situ dan ingin membeli seporsi sate di sekitar kawasan telaga itu.
Nampaknya si pembeli sate itu sudah tidak bisa menahan lapar, sehingga pembeli tersebut tidak mau mengantri. Lalu si pembeli berinisiatif pesan sate ke warung sebelahnya yang juga menjual sate. Si pembeli memesan sate di tempat yang kedua, lalu membawa sate yang dibeli tersebut ke tempat penjual sate yang pertama.
Rupanya si bapak yang punya warung pertama itu tak terima dengan kelakuan si pembeli sate ini. Terus si penjual sate tersebut mencoba menegur penjual sate yang kedua untuk mengijinkan pembeli membawa makanannya ke warung lain yang sesama penjual.
Cocok banget nih, si tukang sate kedua juga gak terima ditegur. Lanjutlah mereka saling berantem. Padahal sebenernya yang salah kan pembelinya yaaa, hahaha. Suasana makin memanas karena si pembeli membela si penjual sate kedua dengan alasan penjual sate yang pertama lama melayaninya. Tapi harusnya gak gitu jugaaa, Bambangggg.
Pertengkaran antar tukang sate ini diwarnai saling menghujat dengan berbagai kata-kata kasar seperti kata anjing, bajingan dan kata-kata sejenis lainnya. Gak cuma kata-kata penghinaan aja, wah, bar-bar dah pokoknya. Pertengkaran ini juga menjadi viral karena dilakukan di depan umum, auto jadi tontonan se-Indonesia.
Ntah gimana dah, ending dari kasus tersebut. Apa mungkin akhirnya mereka saling lapor? Meskipun tidak ada unsur penganiayaan, tapi kasus ini ada unsur pidananya loh, tentu saja terkait aksi penghinaannya.
Pasal 315 KUHP mengatur tentang tindak pidana penghinaan ringan. Begini bunyinya:
“Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis yang dilakukan terhadap seseorang, baik di muka umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan atau dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya, diancam karena penghinaan ringan dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”
Jadi unsur dari tindak pidana penghinaan ringan adalah perbuatan tersebut harus bersifat pencemaran nama baik, baik secara lisan ataupun tertulis. Selain itu penghinaan tersebut harus dilakukan di muka umum.
Menurut Pak R Soesilo di bukunya yang berjudul “Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,” penghinaan ringan dilakukan dengan jalan selain ‘menuduh suatu perbuatan,’ misalnya dengan mengatakan ‘anjing,’ ‘bajingan’ dan sebagainya.
Lumayan juga hyung, gara-gara mulut tak berfilter, si tukang sate itu terancam masuk bui. Nah, makanya kalo kalian ada masalah dengan temen, kerabat atau pesaing dagang, jangan mudah emosi, jangan sampe saling menghina. Ribet jugakan urusannya karena maki-maki orang lain terus kalian dilaporin ke pak polisi.
Yaudah deh guys, segini dulu pembahasan tipis-tipis dari aku. Semoga bisa jadi selingan buat kalian yang hobi membaca, hohoho. See u bye bye.
DESY NURANA
Mencerdaskan…👍