Informasinya Pemilu 2024 mendatang, Generasi Gen Z dan Milenial menduduki peringkat teratas yang akan menyumbang suara. Yaitu, sekira 115,6 juta orang. Jadi sangat wajar apabila partai gencar menarik pemuda untuk dipolitisasi dalam kampanye mereka.
Secara teori politisasi menurut Deutsch adalah membuat segala sesuatu menjadi politik (politicization is making things political). Sedangkan secara harfiah makna politisasi tidak mengandung unsur negatif, bahkan menjadi sesuatu hal yang lumrah dilakukan dalam dunia politik praktis.
Penerapan politisasi akan menjadi negatif dan tidak beretika, ketika dalam penerapan dan tatacara pelaksanaannya melanggar atau bertentangan dengan aturan hukum dan norma yang ada.
Karena menurut data sebagaimana penulis kutip dalam Kompas.id menerangkan bahwa pemuda memiliki persentase suara dominan pada Pemilu 2024. Mereka yang tergolong pemilih muda berasal dari generasi Z dan generasi milenial. Yaitu, sebanyak 115,6 juta orang atau 56 persen dari total pemilih.
BACA JUGA: EFEKTIFKAH ATURAN KAPOLRI TENTANG PENUNDAAN PROSES HUKUM PESERTA PEMILU 2024
Jadi sudah menjadi suatu fakta, menjelang Pemilu 2024 banyak partai politik menggaet pemuda untuk turut mengkampanyekan visi dan misi mereka.
Contohnya, Mas Gibran yang diangkat menjadi cawapres dari Koalisi Indonesia Maju yang masih tergolong generasi milenial. Tak ketinggalan adiknya, Mas Kaesang yang kini didapuk menjadi ketua umum PSI termasuk golongan generasi millennial juga.
Dua fakta di atas secara terang membuktikan, Pemilu 2024 adalah masa anak muda menjadi media untuk mendorong suara politisi jika ingin memenangkan parlemen. Walaupun politisinya sendiri masih didominasi kaum-kaum oldskull.
Kalau tidak percaya kamu bisa membuka data KPU yang menyajikan jumlah generasi muda dengan umur di bawah 40 tahun hanya menduduki 13,5 % di DPR dan sisanya 86,5 % masih dikuasai mereka yang berumur 40 tahun ke atas.
Melalui artikel ini, saya ingin menyuarakan ide kewarasan dalam menyikapi politisasi partai guna mencari suara pemuda pada Pemilu 2024, supaya kalian tidak terjebak dan dimanfaatkan secara sepihak.
Ada langkah-langkah yang bisa dilakukan supaya tidak terjebak dalam kepentingan politisasi nakal.
Sudah Saatnya Melek Politik
Kalian tahu nggak, Prof. Mahfud MD mengemukakan hasil kajiannya yang menyebutkan bahwa hukum merupakan produk politik. Hal ini didasarkan karena kekuatan politik di Indonesia masih terlalu menguasai ketimbang kekuatan supremasi hukum itu sendiri.
Artinya, bahwa politisi mempunyai kekuatan mengatur hukum serta kebijakan lainnya dalam menjalankan roda pemerintahan di Indonesia. Jika tidak paham politik secara ilmu dan teori yang ideal, maka akan sangat rawan dimanfaatkan.
Walaupun sudah tergabung dalam partai dan menjabat sekalipun, kalau tidak paham apa kewenangan dalam trias politika yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif yang menjadi pola bernegara, maka akan sia-sia dan bisa hanya menjadi ‘boneka’ elit politik.
Melek politik itu sangat penting. Maka belajarlah politik kebangsaan secara beretika supaya tidak terpolitisasi.
Jangan Takut Bersuara
Jika kamu sudah paham politik, maka akan menjadi pede dan yakin untuk bersuara. Tidak perlu takut mengkritisi kebijakan-kebijakan partai atau pemimpin jika faktanya salah dan tidak sesuai aturan hukum.
BACA JUGA: EFEKTIFKAH ATURAN KAPOLRI TENTANG PENUNDAAN PROSES HUKUM PESERTA PEMILU 2024
Apalagi media saat ini sangat banyak dan cenderung bebas. Jika dibarengi pemahaman ilmu politik yang bagus dan konsep hukum yang pasti, saya yakin nggak bakalan bisa dipolitisasi. Bahkan bisa menjadi barisan penyeimbang bahkan penuntut kebenaran jika partai atau kelompok yang diikuti melenceng.
Belajarlah Berdialektika
Saya mengartikan dialektika sebagai seni menyampaikan pendapat baik di ruang privat atau di muka dengan gagasan yang berisi untuk menarik perhatian lawan atau audien. Jika secara materi ilmu sudah oke, mental bersuara sudah jago, ditambah dialektika yang bagus, saya yakin pemuda akan sulit menjadi korban politisasi.
Jika kemampuan tersebut bisa diterapkan, kamu akan mampu mempengaruhi lawan bicara atau forum, supaya mereka mengikuti gagasan dan ide yang disampaikan. Tapi ingat, jangan disalahgunakan ya.
Ketiga konsep inilah yang menurut saya bisa dikembangkan dan dipelajari generasi milenial dan gen z dalam menghadapi politik 2024. Sekaligus bisa digunakan sebagai strategi perlawanan supaya tidak bisa dipolitisasi.