Sebagai orang yang chronically online, gue lumayan enjoy berinteraksi sama orang-orang lewat chat. Banyak juga sih, orang pada punya nomor HP gue buat kontak whatsApp (yang gue kasih secara sukarela, of course).
Tapi belakangan ini, pasti aja ada orang nyebelin yang suka ngontak sembarangan. Dari nomor yang nggak dikenal, langsung ngechat “P” tanpa perkenalan dululah, sampek agen-agen pinjol random yang suka ngechat kaya gini.
“Mohon maap mengganggu waktunya, saya … (agen) dari … (perusahaan pinjol) ingin menawarkan kembali kepada bapak/ibu (nama orang lain yang bukan nama gue) program pembiayaan …”
Dapet chat kaya gini sekali atau dua kali aja tuh, udah annoying banget jir. Chat begituan bener-bener muncul beberapa kali per minggu, bahkan nggak jarang nyampe beberapa kali per hari. Udah gue block, eh dichat lagi pake nomor yang beda. Bawaannya mau lempar HP aja dah, sumpah (tapi nggak pernah beneran dilempar sih, sayang HP mahal).
BACA JUGA: MEMBUKA HP ORANG LAIN TANPA IZIN, BAGAIMANA HUKUMNYA?
Ngalamin hal-hal kaya gini jadi bikin sering mikir, yang nyebarin nomor gue seenaknya kaya gini tuh, siapa sih? Nggak ada ya, jerat hukum buat orang yang suka nyebarin no HP seenaknya dan bikin gue ngalamin semua annoyance dan kerisihan ini?
Turns out, ada loh peraturannya. Yaitu, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022, tentang Perlindungan Data Pribadi atau lebih dikenal dengan istilah UU PDP. Pasal 65 Ayat (2) dari UU ini punya ketentuan sebagai berikut.
“Setiap Orang dilarang secara melawan hukum mengungkapkan Data Pribadi yang bukan miliknya.”
Lebih lanjut, penjelasan Pasal 4 Ayat (3) huruf f dari UU PDP berbunyi:
“Yang dimaksud dengan ‘Data Pribadi yang dikombinasikan untuk mengidentifikasi seseorang’ antara lain nomor telepon seluler dan IP Address.”
Terus, hukumannya apa? Itu juga diatur dalam Pasal 67 Ayat (2) UU PDP yang berbunyi:
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan melawan hukum mengungkapkan Data Pribadi yang bukan miliknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).”
Hukuman di atas berlaku untuk perorangan yang nyebarin nomor HP tanpa izin. Tapi emang yang suka berlaku nakal gini, cuma perorangan aja? Kayaknya enggak. Kalau dari pengalaman gue sama chat spam perusahaan pinjol ini sih, bisa jadi nomor gue dimasukin ke list marketingnya mereka tanpa seizin gue ya. Otherwise nggak bakalanlah gue dispam sesering itu.
Nah, untuk pelanggaran UU PDP yang dilakukan perusahaan ini, Pasal 70 mengancam dengan pidana denda paling banyak 10 kali lipat besar denda yang diancamkan, di samping ancaman hukuman lain, kaya pembekuan usaha, pencabutan izin atau bahkan pembubaran perusahaan itu sendiri.
Serem sih.
Jujur, gue berharap lebih banyak orang melek akan ketentuan dalam UU PDP ini, supaya nggak ada orang lain yang ngalamin semua annoyance dan kerisihan kaya gue. Gue juga berharap dengan adanya peraturan ini dan meningkatnya kualitas penegakan hukum di Indonesia, semakin banyak orang jadi berpikir dua kali sebelum mereka nyebarin nomor HP orang tanpa izin. Buat mas-mbak yang suka nyebarin nomor orang tanpa izin, please stop, your action is illegal. It discomforts people at best and endangers people at worst.