Dari ribuan mahasiswa baru yang tiap tahunnya mengisi kampus di Jogja, kayanya gak semua dari mereka yang mendaftar memilih fakultas sesuai dengan kehendak hati dan cita-citanya. Ambil saja contoh Fakultas Hukum, di era ogut gak sedikit dari mereka yang masuk Fakultas Teknik Penyusunan Pasal memilih fakultas ini karena gak keterima di Kedokteran atau kalo gak karena gagal masuk Akpol dan Akmil, maka pilihannya masuk fakultas ini ketimbang nganggur, yaelah tong.
Walau katanya sekarang “Fakultas Hukum Naik Kasta”, seperti prediksi salah seorang pengacara di Klikhukum.id, tapi ogut masih gini-gini aja belum kondyang kaya Bang Hotman Paris. Lah wong pacar aja masih inden. Huh, semacam mengharapkan Royal Enfield yang tak kunjung datang.
Survive di Fakultas Hukum itu ga gampang loh, khususnya buat adek-adek yang sekarang lagi otw kuliah. Greget pokoknya, bener dah kelean perlu simak, “Seberapa gregetnya jika kalian jadi mahasiswa hukum”.
Gaya Hidup Mahal, Uang Kos Pas-pasan.
Ini sebelumnya mon maap ya, subjektifitas ogut loh ini dan berharap kelean yang lain juga merasakan apa yang ogut alami. Hehehe ceritanya begini, ogut kuliah di Fakultas Hukum yang selalu berpegang teguh Rahmatan Lil Alamin. Tau kan kelean kampus mana? Yups bener yaitu UII. Selain Fakultas Ekonominya, Fakultas Hukum UII terkenal dengan mahasiswa yang uang sakunya di atas UMK jogja, termasuk ogut.
Ini fakta sih. Gaya hidup penongkrongan dunia mahasiswa fakultas hukum cukup tinggi. Untuk sekedar nebeng wifi aja kita kudu beli kopi, greget gak tuh. Ogut kudu bisa survive dengan uang pas-pasan, tapi harus bisa mengimbangi antara dunia penongkrongan dan menyisihkan uang untuk membeli buku yang harus dimiliki.
Harap maklum, jaman ogut dulu masih rada manual kalo bikin tugas, dan e-book belum merajalela kek sekarang ini, taulah yah ogut nih angkatan berapa.
Mahasiswa Hukum Nongkrong Sama Dengan Berdebat
Kalo anak sains ditanya 1+1=2, tapi anak hukum jawabannya bisa melawan takdir itu. Gak percaya? Coba ketika dalam tongkronganmu ada 2 mahasiswa hukum sedang berdebat, dipastikan jawabanya ada 3 atau 4 pendapat, bahkan lebih. Ya mau kekmana lagi, itu memang terapi mereka menuju kesuksesan jadi pengacara kondyang. Bahkan ada idiom yang mengatakan, jadi orang hukum “Yang penting berani lantang bicara dulu, jikalau kita salah barulah minta maaf”. Begitulah kata kanda ogut, ketika ngopi di Burjo Panghegar depan kampus FH UII yang sekarang jadi tempat parkir mahasiswa layaknya showroom mobil.
Sekedar mengingatkan ya, kalo kelean sedang ngopi mencoba melepas penat dan ndilalah ketemu kawan dari mahasiswa hukum lebih dari 2 orang, saran ogut plisss deh, gak usa tanya-tanya sama mereka soal peristiwa hukum yang lagi viral. Kek kasus klitih di Jogja, legalisasi ganja atau politisi yang sedang piknik. Daripada moment ngopi kamu jadi forum ILC, yang bikin kamu bisa jadi capedeh dengerin perdebatan-perdebatan sengit yang gak berkesudahan.
Belajar Ga Cuma Di Dalam Kelas
Idealnya seorang mahasiswa belajar rajin di dalam kelas, diskusi kecil dengan dosen dan kawan-kawan, ujian dapat nilai A, ipk tinggi dan lulus jadi PNS. Widiw sedap pol dah.
Tapi keknya alur skema itu sulit dirasakan oleh mahasiswa hukum deh, apalagi yang sudah tersesat di jalan yang benar dalam sebuah organisasi pergerakan !!! Ashoooy, merdeka bung!!!! Ya, maksudnya moment belajar rajin di dalam kelas dan diskusi kecil itu sulit terjadi. Sekarang bagaimana mau belajar di kelas, tiap ada isu menarik di pemerintahan, kanda-kanda ogut selalu menjemput di kos dan berteriak, “Ayolah dinda, kosongkan kelas hari ini, kita kembali turun ke jalan !!!!”
Tapi peristiwa ini keknya sudah mulai langka. Ga bisa dipungkiri, ogut pernah mengalami peristiwa ini loh. Itu Tugu Pal Putih Jogja, Jalan Malioboro dan Titik Nol Kilometer Jogja, pernah menjadi saksi perjuangan ogut. Kalo mereka ditanya, mereka akan jawab “Ho’oh dulu kamu sering demo lewat sini og”.
Ya mau gimana lagi, ogut sudah rapi mau jalan ke kampus, eh di depan pintu kos ada kanda mengajak demo. Mau nolak takut dikucilkan, jika ikut demo absen ogut sudah limit. Ya udahlah, absen dan belajar di kelas pun seketika sirna dengan ajakan kanda untuk turun ke jalan. Gregetnya, terpaksa untuk mata kuliah itu ogut ngulang tahun depan. “Ya Tuhan, gini amat ya jadi mahasiswa fakultas hukum, tolongin a’im ya Tuhan”.
Eits, tapi ogut gak menyesal loh, kenapa ? Soalnya bermanfaat juga. Setidaknya dengan ogut turun ke jalan dan berteriak lantang, jadi tau tentang apa itu aktivis dan demonstrasi. Bisalah besok ogut ceritakan ke anak cucu, ditambah lagi bisa pamer foto propil di blacberry kalo ogut sedang demo, sambil bikin status sikit-sikit agak revolusioner gitu lah.
BACA JUGA: TIPS SUKSES MENULIS SKRIPSI
Gak Ngikutin Berita, Alamat Jadi Mahasiswa Cupu Di Kelas
Moment presentasi di kelas jadi suatu perjamuan khusus bagi kalangan mahasiswa yang suka berdebat, kok gitu ? Ya ketika sedang ada tugas presentasi mulai tuh timbul pro dan kontra, kita sibuk mempertahankan argumen masing-masing.
Segala macam teori dan literatur pasal hukum keluar untuk membantai mahasiswa yang sedang presentasi. Di moment inilah baru ketahuan golongan mana mahasiswa yang berangkat ke kampus hanya menggugurkan kewajiban absennya, atau golongan mahasiswa aktif yang memahami suatu peristiwa hukum, dan satu lagi nih yang nyesek kalo ogut sebut, yaitu mahasiswa yang sok aktif dengan bekal wani ngomong walau yang diomongin gak jelas ngalor ngidul.
Mau gak mau, moment ini pecah dan greget banget sih. Soalnya pasti ada aja temen yang buat tugas copy paste. Ntar kalo ada teman mahasiswa yang tanya, misal udah mentok, silakan dijawab dengan doa sapu jagad “Saya rasa pertanyaan ini cukup berbobot, dan bukan kapasitas saya untuk menjawabnya, jadi biarkan Bapak/Ibu Dosen kita yang jawab ya kawan”. Saaaa aeee lau tong kaleng krupuk.
Inilah sekelumit cerita gregetnya menjadi mahasiswa hukum. Tapi ini versi ogut loh ya, dan belum tentu juga kelean semua juga merasakannya. Tapi kalo kelean juga merasakan barang 1 atau 2 moment yang sama, berarti kita satu nasib satu sepenanggungan.