Hello, precious people!
Minal aidin walfaidzin. Semoga amal puasa dan ibadah kita diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa, ya. Ngomong-ngomong, kemarin pada mudik nggak nih? Kalau gua sih, pasti iye.
Ada banyak banget cerita setiap kali lebaran. Apalagi pas acara halal bihalal. Seperti cerita yang mau gua bagi ke kalian. Yaps, pidato pejabat pas acara halal bihalal yang begitulah (baca: template).
Ya, gimana ya, setelah bertahun-tahun numpang hidup di dunia. Kok, kayaknya isi pidatonya begitu-begitu aja. Sampai gua mikir, jangan-jangan ada template khusus deh. Hmm, apa karena ini momen keagamaan, jadi takut salah bacot kali ya. Atau memang nggak bisa natural pada saat menyampaikan sesuatu ke masyarakat?*ups
Entahlah! Hanya Sang Pencipta alam semesta dan sekretarisnya yang tahu. Xixixi.
Saking penasarannya, gua iseng mencari di Mbah Google. Dan ternyata bro, memang ada contoh-contoh pidato halal bihalal. Nggak percaya? Dah, gercep buka Mbah Google. Trus, ketik “Pejabat pidato halal bihalal.” Banyak banget contohnya! Kayak dosa elu ke orang tua bro! Hahaha.
Tapi ya, nggak salah juga sih, kalau isi pidato mereka terkesan template. Yang penting kan bisa berkumpul dan bersilaturahmi, sehingga bisa mempererat tali persaudaraan. Ya, kan? Syukur-syukur pas momen halal bihalal, si pejabat bisa menyampaikan pendapatnya dan sekalian menyaring aspirasi dari warga atau tamu undangan. Wkwkwk.
BACA JUGA: ALASAN DI BALIK PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN TANGGAL 16 AGUSTUS
Toh, mereka mengumpulkan masa, menyampaikan pendapat berserikat dan berkumpul, memang dijamin dalam konstitusi. Pasal 28 UUD 1945 jelas menyebutkan bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.” Artinya, berkumpul untuk mengeluarkan pikiran, itu boleh-boleh saja. Sekalipun dibalut dengan acara halal bihalal.
Ngebosenin? Ya, tergantung elunya.
Kalau gua pribadi sih, ok. Kan, mereka sangat tulus dalam menyampaikan pidato ataupun orasi. Toh, pada tepat janji. Pejabat kita kan panutan. Uhui! Bismillah jadi ketua. Ketua guild fire-fire maksudnya.
Eh, tapi masih ada yang menganggap pidato mereka lama, bertele-tele, membosankan sampai membuat pinggang pegal dan rendang di rumah dingin. Kalau kek, template keagamaan seperti salam, shalawat atas nabi dan mengingatkan untuk terus bertaqwa kepada Tuhan, itu nggak boleh diperdebatkan ya bro. Memang seharusnya begitu.
Eh, eh, kata temen gua. Di tempatnya sampai ada kata sambutan secara hirarki dari pemerintah setempat sampai ketua masjid yang isinya begitu-begitu aja. Dengan setingan kepala menunduk ke bawah karena membaca dan kalimat pembukanya seperti gini, “Saya selaku ketua (rt/rw/masjid/remaja masjid/guild free-fire) mengucapkan terima kasih banyak atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk menyampaikan sambutan singkat. Bla bla bla.
Atau begini, “Hadirin yang berbahagia, pada kesempatan yang berbahagia ini saya (isi sendiri guys, gua yakin lu pada hapal dah).”
Terus pidatonya disampaikan dengan singkat padat dan gak jelas serta sampailah di ujung pidato yang (katanya) singkat tersebut dengan templat, “Saya (ketua planet namek) menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Ataupun selama saya menjabat terdapat hal-hal yang belum bisa terlaksana itu karena (lanjut ngeles).”
BACA JUGA: SURAT EDARAN PNS/ASN PASCA LEBARAN, NASIB PEGAWAI SWASTA GIMANA?
Kek, kenapa nggak diakuin aja kalau memang nggak berhasil pak! *eh maap.
Ya, sekali lagi, gua mau mengingatkan. Nggak salah kok, kalau mereka begitu. Selagi mereka membayar pajak dan nggak berkampanye dalam forum keagamaan. Ya, suka-suka mereka. Nikmatin aja bro. Toh, kalian juga yang mau memilih mereka. Hahaha, (ketawa jahat). Gua yakin kok, kalian itu pemilih yang cerdas. Nggak mempan sama janji manis yang diiringi bantuan langsung tunai, lima ratus ribuan. Karena gua yakin kalian berpendidikan.
Berpendidikan bukan berarti harus kuliah atau apalah itu. Kata Ki Hajar Dewantara tanda orang yang berpendidikan itu pribadinya mempunyai sifat yang baik dan berwawasan luas. Kalau sudah begitu, pasti jadi orang cerdas. Bedain ya, ada orang yang sekolah hanya jadi pintar namun tak cerdas.
Pintar maling, ngibul, nepotis, pintar ribut di kandang tapi di luar ciut, cuakss! Ya, siapa lagi kalau bukan pejabat wakanda. Kalau di Indonesia mah, pada jujur dan tepat janji, amanah serta dapat dipercaya, suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan.
Yah, begitulah curhatan dan secuil cerita pada Idul Fitri tahun ini. Sekali lagi mohon maaf lahir dan batin ya.
Well, that’s all from me. See you in the next article!
*Semoga dapet thr ya Tuhan, Aamiin.