Kamu makannya apa? Tempe! Saya juru masaknya. Oke! *Dibaca sambil nyanyi. Hihihi*
Siapa sih, yang nggak suka tempe? Salah satu makanan khas Indonesia yang terbuat dari kedelai fermentasi yang hampir selalu menjadi hidangan di setiap rumah bahkan restoran. Saat ini tempe bukan hanya sebuah produk makanan, tetapi juga sebuah industri yang besar.
Ya, tempe Indonesia telah membuat langkah besar dalam kancah internasional dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Tempe yang ber-SNI memiliki peluang besar untuk diekspor.
Wah, gila sih, SNI ini. Ampuh banget ya, bisa bikin suatu produk go internasional.
Hmm, btw siapa sih, yang menetapkan apakah produk itu sesuai SNI?
Yaitu Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian. Nah, standar yang ditetapkan oleh BSN dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Loh, kok cuma berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia? Katanya bisa diekspor?
Santai gengs, SNI ini kan semacam pedoman mutu yang membuat produk tertentu menjadi lebih baik. Pedoman inilah yang diterapkan untuk pembuatan produk di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga produk tersebut terjamin kualitasnya dan mampu bersaing di kancah internasional. Ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga mutu makanan gengs.
Nah, mengenai bagaimana dan apa saja yang harus terpenuhi agar tempe ini ber-SNI, kita bisa lihat di Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Skema Penilaian Kesesuaian Terhadap Standar Nasional Indonesia Sektor Makanan dan Minuman.
Tempe yang dimaksud di sini adalah tempe kedelai yang berbentuk padatan kompak berwarna putih, yang diperoleh dari kedelai kupas yang sudah direbus dan difermentasi menggunakan kapang Rhizopus spp. Kalau untuk olahan yang berbahan dasar tempe seperti keripik tempe, tentu proses dan prosedurnya berbeda ya, gengs. Tapi untuk aturannya ada di peraturan yang sama kok.
Kenapa sih, SNI tempe penting?
Ya, karena dengan produk yang sudah sesuai SNI, bisa membantu konsumen memastikan bahwa tempe yang dimakan aman. Trus, dari aspek kebersihan dalam proses produksi dan bahan-bahan yang tepat.
Selain itu kualitas tempe sudah pasti terjamin. Produk tempe SNI memiliki standar yang harus dipenuhi. Seperti pemilihan bahan baku, bahan tambahan pangan dan bahan kemasan, perendaman kacang kedelai, pengukusan/perebusan, fermentasi, bahkan sampai tahap pengemasan.
Yang nggak kalah penting, SNI bisa dibilang sebagai tiket masuk ke pasar internasional gengs. Dilansir dari bsn.go.id, Bude Dewi Komalasari menjelaskan, ekspor produk tempe kedelai masuk kode HS 21069097. Saat ini peluang pasar ekspor terbesar bagi produk tempe dan olahan tempe adalah Jepang dan Korea Selatan.
Nah, standar wajib untuk mengekspor produk pangan di antaranya standar terkait sistem pengolahan pangan.
Untuk meningkatkan daya saing dan mutu produk, pengrajin tempe dapat menerapkan SNI terlebih dahulu. Manfaatnya jika produk berpotensi diekspor, dalam memenuhi persyaratan standar negara tujuan tidak akan terlalu jauh.
Seperti SNI 3144:2015 tempe kedelai telah sesuai dengan Standar Internasional Codex. SNI tempe kedelai memiliki ruang lingkup meliputi istilah dan definisi, komposisi, syarat mutu, pengambilan contoh dan cara uji tempe kedelai segar dan/atau tempe kedelai beku.
Dari beberapa hal di atas, bisa diartikan kalau tempe yang memenuhi standar SNI adalah aset berharga bagi Indonesia. Ini bukan hanya menciptakan produk makanan yang berkualitas, tetapi juga membuka pintu peluang ekspor yang besar.
Dengan dukungan pemerintah, produsen tempe dapat meraih pasar internasional dan menjadikan tempe sebagai salah satu produk unggulan Indonesia di dunia.
Tapi produsen juga harus memahami aspek hukum yang terkait dengan ekspor supaya berhasil di pasar global yang kompetitif. Jangan sampai ada akal licik untuk memperoleh keuntungan yang besar.
Skuy! Kita sama-sama menjadikan tempe Indonesia sebagai salah satu produk terbaik di dunia!
