FESTIVAL TAWURAN PAKE ROTI DAN TOMAT BUKAN SOLUSI

Sore ini badan serasa mau rontok semua. Banting tulang, kerja sana, kerja sini, lembur melebihi kuda, secara kuda juga ada istirahatnya, pengen rehat sejenak, tapi mana mungkin bisa lama-lama, rebah sebentar aja langsung overthinking. Ini semua demi apa? Demi masa depan, fyuh. Begitu syuulittt …. 

Belum lama ini pusing sama kebijakan pemerintah yang kian ‘menghantam’ habis-habisan. Mulai dari BBM naik, harga pangan juga mulai naik, kadang kala mau isi bensin aja udah kayak nyari berlian susahnya minta ampun (daerahku). Sekalinya dapet, harus rela antri mengular, terasa buang waktu banget sih, ditambah lagi harga paket kuota internet yang entah sejak kapan mulai mahal.

Masih dengan rutinitas yang menjenuhkan ini, masih harus ngantor yang lokasinya lumayan jauh dari rumah. Karena menjelang akhir bulan, ya harus ekstra hemat, bikin bekal roti isi selai kacang dan sebotol jus tomat siap untuk reload energy. 

Namun di sisi lain, di sebrang pulau sana tepatnya di Jakarta Selatan, Pemkot Jaksel akan menggelar festival tawuran di Manggarai, batu diganti tomat dan roti.

Kezel banget rasanya, coba tilik UU No 18 tahun 2012 tentang ketahanan pangan. Secara substantif sejalan dengan definisi ketahanan pangan dari FAO disebutkan bahwa ketahanan pangan sebagai suatu kondisi dimana setiap orang sepanjang waktu, baik fisik maupun ekonomi, memiliki akses terhadap pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari sesuai preferensinya.

BACA JUGA: 3 KENAKALAN ANAK 90’AN YANG MELANGGAR HUKUM

Kocak bin konyol ga sih, hahaha.

Belum lama ini pemerintah gembar-gembor masalah resesi, trus menghimbau masyarakat untuk swasembada pangan, dari ternak lele dengan ember atau menanam sayur di pekarangan rumah. Namun di sisi lain, ini malah lempar-lemparan tomat dan roti. Woi! 

Apa-apaan ini, tawuran pakai tomat dan roti?

Padahal saat ini kan perekonomian sedang carut marut. Masih banyak orang yang bekerja di bawah standar, pekerjaan yang dinilai sejahtera hanya untuk makan loh … makan! Dengan gampangnya mau mengadakan festival yang aneh banget. Ngeledek kami atau gimana ya, pak?

Tawuran itu bukanlah karena mood tapi karena ada ‘gesekan’ antar kedua belah pihak. 

Kan yang harus dilakukan adalah mencegah tawuran, karena jelas tawuran itu mempertontonkan kualitas pemikiran individu dan karakter remaja yang telah rusak. Lantas kenapa festival aneh ini seakan jadi solusi? Apakah hal sepele ini nggak dipikirkan matang-matang oleh mereka yang katanya berpendidikan tinggi?    

Logikanya saja, festival ini tentu membutuhkan berton-ton tomat dan roti untuk dilempar lempar, dipijak dan nggak mungkin bekasnya layak dimakan. Padahal masih banyak loh, rakyat yang menahan lapar. Mengapa tidak diberikan secara sukarela saja? 

Selain bisa dikonsumsi, kan bisa juga masyarakat ikut jualan untuk menambah pendapatan menjelang resesi. Apalagi kondisi cuaca buruk begini yang terus terjadi, berbagai daerah juga banyak petani menderita akibat gagal panen. Apakah hal beginian harus diajarin? Lucu memang. Ga kebayang deh! 

BACA JUGA: 5 PERBUATAN ‘SEPELE’ YANG SEBENARNYA MELANGGAR HUKUM

Memang masih rancangan, tapi rasanya buang-buang waktu saja. Ketimbang memikirkan festival yang nggak masuk akal, mending mikirin gimana meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup rakyat agar mampu menekan angka pengangguran supaya lebih berguna. 

Anehnya, polisi pun mendukung tawuran ini, karena dengan cara itu bisa mengatasi tawuran dengan pendekatan berbeda. Setau aku ya, pendekatan berbeda itu adalah dengan cara mendekatkan diri kepada remaja dan mengayomi mereka. 

Kenapa tidak membuat program edukasi hukum untuk remaja? Dengan begitu kan, polisi bisa memposisikan diri sebagai sahabat bagi remaja, sehingga menimbulkan kesadaran anti tawuran. Bukannya malah mendukung. 

Kalau memang nih, passionnya para pemuda Jaksel tawuran atau berantem, kenapa tidak ikut beladiri saja. Siapa tahu jadi atlet beladiri lalu bisa mengharumkan nama bangsa.

Lagi pula festival ini pasti menurunkan tim kepolisian dalam jumlah banyak, sehingga memakan anggaran untuk hal-hal yang kurang berbobot. 

Kenapa tidak dialokasikan ke bantuan sosial saja. Toh, lebih berguna kan? Daripada buang-buang bahan pangan. 

Ah, sudahlah. Lanjut nugas kantor, biar nggak lembur terus. 

MEDSOS

ARTIKEL TERKAIT

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

DARI KATEGORI

Klikhukum.id