Buat kamu kelahiran tahun 96’an ke atas, momen kumpul keluarga di lebaran kali ini siap-siap diteror dengan pertanyaan, kapan kawin? Apalagi kalo posisimu lagi jomblo akut, yakin deh, pertanyaan bikin sakit, meskipun gak berdarah.
Seperti kata Foxtrot, senyatanya emang manusia gak bisa hidup sendiri, tapi emangnya jodoh bisa kita atur-atur seenak jidat. Siapa juga yang mau jadi jomblo, siapa juga yang gak pengen kawin. Aku sih, yakin kebanyakan orang pasti goalnya kawin dan punya keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Cuma kan kita gak pernah tau, kapan jodohnya datang.
Lagian, emang dikira kawin itu gampang. Selain butuh biaya gede, butuh mental, butuh kemantapan hati dan yang pasti butuh pujaan hati. Kawin tuh, juga punya konsekuensi yang besar, gak cuma ijab kabul terus selesai.
Ada beban dan tanggung jawab luar biasa yang harus kita emban. Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bilang, “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Jadi, perkawinan itu harusnya bahagia dan kekal. Memang sih, definisi bahagia itu relatif, kadang meskipun banyak masalah, ada juga pasangan yang merasa bahwa rumah tangganya bahagia. Oke, fine. Sepanjang gak saling menyakiti dan gak terjadi kekerasan dalam rumah tangga, baik berupa kekerasan fisik, psikis, kekerasan sexual dan juga kekerasan ekonomi.
Aku yakin banget nih, sebelum melangsungkan perkawinan gak banyak pasangan yang mau baca dan memahami isi UU Perkawinan. Mereka kawin cuma modal niat, cinta dan pokoknya kawin. Mereka gak pernah mau coba baca apa sih, hak dan kewajiban suami dan istri yang diamanatkan oleh UU.
Pasal 33 UU Perkawinan mengamanatkan bahwa suami isteri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. So, berapa banyak pasangan yang memahami dan memenuhi hak dan kewajiban suami istri selama terjadi perkawinan.
Sepengalaman aku cuma orang yang mau cerai yang baca UU Perkawinan, karena di gugatannya ataupun di permohonannya, mereka akan menuliskan bahwa tujuan perkawinan mereka sebagaimana dimaksud dalam UU Perkawinan tidak mungkin tercapai, jadi mohon ceraikan aja. Hmm, gitulah. Aneh bin ajaib, harusnya sebelum kawin, kau baca dulu itu UU Miskah.
Jadi kawin itu gak gampang kawan, ada beban dan tanggung jawab baru yang harus kita jalani. Meyatukan dua karakter manusia yang mungkin sangat berbeda. Berattttt. Gak bisa cuma makan cinta dan cinta. Udah santuy aja, ntar kalo memang sudah waktunya, ya kawin juga kan.
Saran aku, kalo kamu ditanya kapan kawin, jawab aja “Pasangannya udah ada, tinggal tunggu tanggal mainnya.”
Gak usah terlalu dianggap serius pertanyaan-pertanyaan model begitu. Kamu pasti punya seribu satu alasan kenapa belum kawin, tapi pertanyaan usil kaya gitu pasti akan menghampirimu. Jadi gak usah diambil pusing dan gak usah baper, anggap aja mereka lagi kehabisan bahan untuk berbasa-basi. Jawab juga dengan basa-basi, beres to.
Yang penting nih, besok kalo kamu beneran udah nemu jodoh dan mau kawin, pastikan bahwa kamu memang sudah siap lahir batin. Udah paham hak dan kewajiban sebagai suami/istri. Dan yang pasti sudah memahami tujuan dari perkawinan, bukan cuma sekedar mau punya pasangan, biar ada yang ngurusin.
Ya sudahlah, jadi ke mana-mana. Met berkumpul bersama keluarga. Met lebaran juga, mon maaf lahir dan batin ya.