NASIONALISME ALA AKU

Hello, precious people!

“Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negara.” – John F.Kennedy.

Menjelang hari kemerdekaan, sosial media lagi rame sama konten-konten kebangsaan gitu. Vibes tujuh belasan banget deh. Pagar rumah warga sudah pada dipasang bendera merah putih, batang-batang pinang sudah ditancap juga di lapangan belakang masjid. 

Sebagai orang yang nasionalis, ya gua seneng dong, kapan lagi bisa liat pengibaran bendera pasca lulus SMA? Ya, cuma di tujuh belas Agustus, bro. Itu salah satu nasionalisme ala aku ya. Sebenarnya ada beberapa lagi contohnya.

Simpelnya bro, nasionalisme adalah ajaran untuk cinta dan bangga dengan bangsa dan negaranya sendiri. Dari sekolah dasar sampai tamat SMA kita selalu ditanamkan rasa cinta terhadap tanah air. Misalnya, melalui upacara bendera tiap hari senin. Hal itu dilakukan agar kita terbiasa dan menganggap negara itu berharga dan patut dijaga.

Kalau sudah mahasiswa begini yang jarak pandangnya sudah tambah luas, terlepas dari segala konspirasi sejarah para pendahulu bangsa. Gua tetap cinta dan bangga dengan negara ini melalui caraku sendiri. Yakni nggak malu jadi orang Indonesia.

BACA JUGA: 5 PAHLAWAN KEMERDEKAAN YANG JUGA SARJANA HUKUM

Gua masih suka kok, ngliatin acara-acara kebangsaan. Salah satunya upacara bendera setiap 17 Agustus. Senang aja liat orang berbaris rapih dan bendera berkibar dengan gagah. 

Alhamdulillah gua masih hafal Pancasila. Bisalah jadi caleg. Eh, tapi maap ya, gua nggak ada uang buat serangan fajar. Tenang aja, gua janji nggak akan main game pas rapat. Hehehe.

Lanjut ya, gua bangga kok, ngenalin alam Indonesia sama orang luar negeri meskipun baru -baru ini ada video oknum minibus yang memeras wisatawan (clue: daerah banyak pantai). 

Ya, kan cuma oknum. Nggak ngaruh kan?

Duh! Walaupun cuma oknum, kalo wisatawannya diperas, pada akhirnya tempat wisatanya dong, yang jadi sepi. Yang ada malah bingung kan. Mohon dikurangin deh, pak, bu, kebiasaan buruknya.

Trus, gua juga masih tetap mau bayar pajak kok, walaupun negara tercinta ini korupsinya masih hmm …. Ya, begitulah kira-kira (katanya menurun angka korupsinya, k a t a n y a). Tapi gua percaya kok, masih ada ambtenaar atau pejabat yang nggak makan uang hasil maling.

Pokoknya gua tetap bangga sama Indonesia. Walaupun kondisinya agak ‘sakit’ soal toleransi umat beragama. Noh, yang lagi ramai banget di sosmed terkait pembubaran paksa yang dilakukan segerombol oknum terhadap orang yang ingin beribadah. Padahal ajarannya nggak ngajarin gitu. Hadeh!

Syukurlah, sekarang di jaman gua (semoga) bisa secara bebas menyampaikan apa yang dirasakan melalui berbagai sarana.  Gua bisa melakukan yang menjadi hak gua, Pasal 28E Ayat (3) yaitu “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.”

Nih, contohnya aku lagi nulis yang isinya kadang mengkritik dan sarkas. Hehehe. Terus yang bikin bersyukur banget itu gua nggak tiba-tiba menghilang kayak si anu (clue:inisial WT).

Sebenernya gua juga ingin mengabdi. Ini klise banget, tapi entahlah, mungkin karena ikut ekstrakulikuler pramuka sewaktu SMP sampai SMA. Gua jadi suka sama tugas yang rapih, tertata dan terstruktur. Ya, mungkin salah satunya karena itu, gua jadi pengen banget mengabdi kepada negara ini. 

BACA JUGA: MENGGORES ASA DI LANGIT NKRI  MENYONGSONG 100 TAHUN MERDEKA

Entah takdir akan membawaku menjadi hakim atau jaksa. Ya, kemana aja deh, asal untuk negara gua rela.

Beberapa temanku yang realistis bilang “Lu, ngapain mau jadi ASN, gajinya kecil.” Iya, betul kecil pake banget malah. Tapi aku ingin aja nyicip jadi aparatur dewi Themis di negeri yang katanya adil ini. 

Walaupun penegakan hukum masih kurang memuaskan masyarakat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Gua tetap mau mencobanya. Karena nggak semua aparat penegak hukum seperti itu. Ya, dari 10 orang palingan sembilan yang doyan korupsi. Itu juga cuma oknum kok, nggak semuanya.

Ya, intinya kita harus tetap bangga dan cinta sama negara ini bro. Biar bagaimanapun tanah ini yang sudah memberikan kita hak buat hidup. Setelah negara memberikan hak hidup, kira-kira apa yang bisa kita kasih ke negara? Atau jangan-jangan malah mau maling uang negara?

Semoga jadi bahan renungan bagi kaum yang mau berfikir.

Well that’s all from me, see you in the next article!

MEDSOS

ARTIKEL TERKAIT

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

DARI KATEGORI

Klikhukum.id