KETIKA SKRIPSI MEMBUNUH KREATIVITAS, SAY GOOD BYE TO SKRIPSI!

Kalau ada satu kata yang bisa membuat mahasiswa merasa seolah-olah dunia mereka hancur berkeping-keping, itu adalah ‘skripsi.’

Mungkin terkesan lebay, tapi percayalah itu adalah kenyataan. Apes banget kalau dapet dosen pembimbing yang punya tingkat toleransi nol terhadap kesalahan penulisan. Dramatisnya lagi kalau nggak baca referensi yang dia kasih, mahasiswa bakal kena semprot.

Memang skripsi sering dianggap sebagai tahap akhir yang mengerikan. Ya, gimana enggak, skripsi itu ibarat ‘gong’ di perkuliahan. Untuk meraih gelar sarjana akan ditentukan oleh skripsi. 

Skripsi bukan masalah sepele, buktinya ada mahasiswa yang bunuh diri karena frustasi sama skripsinya. Hih, ngeri deh. Temenku juga ada kok, yang depresi sampai harus dibawa ke psikiater. Serius deh.

Eh, tapi nggak semua pengalaman tentang skripsi itu mengerikan sih. Ada juga kok, yang lancar. Bahkan cuma butuh waktu dua bulan untuk menyelesaikan skripsinya.

Tapi mungkin cerita tentang penderitaan skripsi akan punah gengs, karena mulai tanggal 18 Agustus 2023, skripsi nggak wajib lagi.

BACA JUGA: TIPS SUKSES MENULIS SKRIPSI

Yaps, Om Nadiem Makarim baru saja mengeluarkan Peraturan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 53 Tahun 2023 tentang  Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.  Regulasi ini menyebutkan kalau program studi pada program sarjana atau sarjana terapan memastikan ketercapaian kompetensi lulusan melalui pemberian tugas akhir yang dapat berbentuk skripsi, prototipe, proyek atau bentuk tugas akhir lainnya yang sejenis baik secara individu maupun berkelompok atau penerapan kurikulum berbasis proyek atau bentuk pembelajaran lainnya yang sejenis dan asesmen yang dapat menunjukkan ketercapaian kompetensi lulusan.

Hokya! In my opinion, ini aturan yang out of the box! Bombastis! Fantastis! 

Kalau boleh menyampaikan pendapat tentu aku sama kayak Mas Anang, “Aku sih, yes!” To be honest, aku berharap dengan adanya aturan ini jadi banyak mahasiswa yang memilih selain skripsi. Misalnya bikin prototipe atau proyek. Ya, bikin inovasi gitulah. Tentu yang sesuai dengan jurusan kuliahnya ya. 

Nih, buat kamu mahasiswa fakultas hukum coba deh, bikin inovasi yang menggabungkan skill hukum dengan transformasi digital dalam bisnis. Mungkin untuk saat ini masih membingungkan ya. Nah, biar nggak bingung coba kamu dateng aja ke markas besar klikhukum.id. Di sana kamu bakal dapet hidayah. Wahaha, bercanda. Yang jelas kamu bakal menambah wawasan tentang perkawinan antara hukum dan digital. Ciamik kan, gengs?

Aku setuju kalau skripsi itu nggak wajib bukan tanpa alasan loh, ya. 

Pertama, belajar bukan hanya tentang menulis.

Sebagai mahasiswa diharapkan untuk mengerti dan menerapkan konsep-konsep yang diajarkan dalam berbagai macam mata kuliah. Meskipun banyak yang menganggap skripsi itu penting, seringkali difokuskan pada kemampuan menulis secara formal dan ilmiah. Padahal ada tipe mahasiswa yang merasa menulis adalah hal yang tidak terlalu diminati bahkan tidak dikuasai, tapi malah diharuskan menulis skripsi. Hal ini justru akan mengikis kemampuan atau aspek lain yang lebih relevan dengan minat dan bakat mahasiswa.

Kedua, teori yang bertolak belakang dengan praktik.

Ini pengalamanku sih, gengs. Skripsiku ngebahas apa, sekarang kerjaanku apa. Skripsi sering berfokus pada aspek teoritis, sedangkan dunia nyata (dunia kerja) membutuhkan keahlian praktis.

Ketiga, aware terhadap mental health mahasiswa.

Skripsi tentu membawa beban mental tersendiri bagi mahasiswa. Mulai dari memilih judul, penelitian, penulisan hingga ujian skripsi, bisa menciptakan stres pada mahasiswa. Bahkan bisa mengganggu mental health mereka. Nah, opsi buat nggak nulis skripsi tentu bisa membantu mahasiswa yang terbebani.

Keempat, menyesuaikan potensi individu.

Setiap mahasiswa tentu mempunyai minat, bakat, bahkan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang ingin menjadi akademisi, praktisi, politisi, entrepreneur dan banyak lagi lainnya. Memaksa semua orang untuk menulis skripsi, sama saja mengabaikan kenyataan. Beberapa mahasiswa mungkin akan lebih sukses dalam proyek atau tugas yang mengeksplorasi minat mereka. 

BACA JUGA: LAWFUL DREAMERS – STARTYOURWAYS!

Dari beberapa alasan itu, harapannya universitas dan fakultas dapat membuat kebijakan terkait tugas akhir yang mendukung pengembangan program yang lebih luas seperti proyek kreatif yang akan membuka peluang mahasiswa untuk mengembangkan diri seperti apa yang diharapkan pemerintah. 

Salah satu program menarik yang sejalan dengan tujuan Merdeka Belajar Kampus Merdeka adalah event Lawpreneurship Competition yang diadakan oleh FH Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang disupport oleh klikhukum.id. Event kompetisi ini mengusung tema Lawful Dreamers-StartYourWays! Dan diadakan mulai tanggal 9 September sampai 13 Desember 2023. Program ini memberikan bekal kepada teman-teman mahasiswa agar siap menjadi entrepreneur di bidang hukum. Mantap kan? Xixixi.

Memang sih, menghilangkan skripsi sepenuhnya bukanlah solusi yang sempurna. Skripsi tentu masih menjadi poin dalam dunia akademis. Jadi bagi mahasiswa yang berminat terjun menjadi akademisi, skripsi masih menjadi nilai penting. 

Mau apapun dan bagaimanapun pilihannya, yang terpenting adalah setiap mahasiswa mendapat peluang yang sama untuk sukses dan berkembang dalam pendidikan. Satu hal yang harus kita percaya adalah dengan  menciptakan pengalaman pendidikan yang menyenangkan, tentu akan berpengaruh terhadap kemajuan bangsa di masa depan. Bukan begitu gengs?

Ashfa Azkia
Ashfa Azkia
Si Bunga Desa & Pengangguran Profesional

MEDSOS

ARTIKEL TERKAIT

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

DARI KATEGORI

Klikhukum.id