Sebenarnya secara hukum, saya pribadi tidak menyalahkan keputusan Ade Armando ikut datang ke lokasi demo aksi massa 11 April 2022 yang menolak wacana Presiden Jokowi tiga Periode. Soalnya demonstrasi memang sejatinya hak seluruh warga Indonesia.
Which is, sangat jelas amanat Pasal 28 UUD 1945 menyatakan kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dijamin oleh konstitusi.
Cuma maaf loh, Mas Ade Armando, anda itu kurang pas datang ke lokasi demo waktu itu. Karena masyarakat sudah terlanjur juwet sama opini-opini yang dilontarkan sama njenengan selama ini dengan dugaan selalu pro terhadap pemerintah.
Apalagi tersiar kabar tujuan Mas Ade Armando datang ke lokasi demo di plataran Gedung DPR/MPR yaitu Cokro TV. Kabar ini diperkuat oleh statement Darol Mahmada selaku Sekretaris PIS melalui cnnindonesia.com.
Kan kalo mau bikin konten tak perlu susah payah datang ke lokasi mas, mbokyao cukup mengirimkan timnya untuk mendokumentasikan kegiatan massa aksi, setelah itu barulah Mas Ade Armando bikin narasi untuk konten Cokro TV-nya.
Kayak biasanya gitu loh, masse ….
Cuma ibarat nasi sudah menjadi bubur. Sekarang pilihannya tinggal diaduk apa tidak nih, buburnya. Dan rupanya massa lebih memilih diaduk hingga teraduk pula Mas Ade Armando menjadi korban keganasan oknum massa aksi yang tersulut emosi.
Tapi jujurly saya sangat tidak mendukung dan mengecam keras segala tindakan kekerasan yang terjadi atas nama demontrasi. Apalagi kali ini oknum massa aksi, ribut sama warga sipil yang sejatinya ikut menolak wacana tiga periode masa jabatan Presiden Jokowi.
BACA JUGA: DEAR AKTIVIS, AKTIVIS BUKAN CUMA DEMO
Sudah pada tau kan, soal Ade Armando juga ikut serta menyuarakan penolakan wacana Presiden Jokowi tiga periode?
Kan sebelum beliau dihajar oknum massa aksi, dalam wawancaranya dengan para awak media beliau menyatakan bahwa secara pribadi dia juga menolak wacana Presiden Jokowi tiga periode, karena dianggap telah mengkhianati konstitusi.
Pengeroyokan Ade Armando Tidak Mencirikan Aktivis Demonstrasi
Dengan tegas saya mengatakan untuk kamu-kamu sekalian yang menjadi dalang provokasi sehingga Ade Armando menjadi bulan-bulanan oleh massa aksi, kamu itu bukan aktivis demontrasi.
Kemungkinan besar kamu itu ‘cuma’ orang yang ikut-ikutan, gak ada pekerjaan. Jadi daripada bengong di rumah mending ikut salam olahraga.
Secara materi juga saya yakin oknum tersebut tidak tahu apa itu esensi dari demonstrasi, apalagi menyandang predikat jika mereka itu massa aksi dari kampus. Logika sederhana, masa iya, mahasiswa gampang banget tersulut emosi pas di bulan puasa lagi.
Jadi dari uraian fakta di atas, prediksi saya oknum yang pertama kali membuat ricuh sehingga Ade Armando dipukuli bahkan ditelanjangi tersebut hanyalah rombongan liar yang menyusup ke massa aksi.
Hasil penyidik pihak kepolisian sementara ini sudah mengantongi enam identitas dugaan pelaku yang menjadi dalang provokasi pengeroyokan Ade Armando. Uniknya dari enam identitas oknum sementara, dua di antaranya bukanlah mahasiswa.
Tuh, kejawab kan apa dugaan saya. Resiko adanya gesekan antara massa aksi itu memang sangatlah kecil. Berbeda antara massa aksi dengan pihak kepolisian, itu memang rawan gesekan dan chaos.
Nah, untuk keenam terduga pelaku tersebut, siap-siaplah kalian mungkin bakal diganjar minimal dengan Pasal 351 Ayat (2) KUHP tentang penganiayaan berat dan ancamannya lumayan sih. Jika terbukti, penjara maksimal 5 (lima) tahun bakalan menanti.
BACA JUGA: CURKUM #94 BATASAN TINDAKAN APARAT DALAM DEMONSTRASI
Banyak Rombongan Liar di Massa Aksi
Semenjak warga Indonesia terpecah menjadi dua sub-culture yaitu cebong dan kampret. Nampaknya tantangan massa aksi sekarang semakin besar, khususnya buat para kalangan mahasiswa.
Pengalaman saya sewaktu sering turun ke jalan, sebelum adanya dua sub-culture itu di tengah masyarakat. Tantangan para mahasiswa sewaktu menjalani demonstrasi adalah gesekan konflik badan dengan aparat.
Tapi semenjak adanya cebong dan kampret, tantangan massa aksi nambah satu lagi. Yaitu entah kubu cebong atau kampret yang tidak sependapat dengan materi aksi yang sedang diperjuangkan oleh mahasiswa.
Dan problem ini bagi saya perlu dimitigasi ulang, artinya bagi kawan-kawan mahasiswa sebelum menggerakkan massa aksi, harus jeli membentuk tim dan jangan sampai kesusupan para rombongan liar yang mengacaukan tugas mulia kalian turun ke jalan.
Contoh nyata, ya kejadian yang menimpa Mas Ade Armando. Secara sikap politik jelas beliau menolak tentang wacana Presiden Jokowi tiga periode.
Namun secara fakta di lapangan akibat adanya penyusup rombongan liar tadi, Ade Armando dianggap lawan dan image jeleknya akhirnya menempel kepada mahasiswa yang sedang menyuarakan misi mulianya.
Harusnya demo berjalan lancar dengan penuh semangat juang, ini malah ada insiden memalukan, apalagi di video yang beredar oknum yang memukuli Ade Armando sempet-sempetnya melontarkan kalimat suci lagi.
Duh, wes jan. Untuk sementara ini yang sabar dulu ya Mas Ade Armando. Mbokyao kalo besok mau turun aksi dan situasinya gak pas, njenengan gak usah datang. Bisa kok, nyuruh saya untuk ambil gambar kebutuhan konten di lokasi.