Kalian pernah nggak sih, ketemu sama anak hukum yang ngasih edukasi hukum tapi salah? Aku yakin seratus ribu persen pasti pernah and harapannya bukan kalian pelaku yang bikin kesel yah!
Intinya ceritaku ini datang dari pengalamanku sendiri sewaktu mahasiswa sampe lulus kuliah. Rasanya kek, pengen ngegaplok tapi nggak bisa.
Namanya juga temen ye, kan. Mau ngasih tahu tapi endingnya malah berdebat dan bikin mood kita jadi kachaw.
BTW, ini bukan maksudku merendahkan yah, apalagi underestimate orang tertentu. Mungkin inilah ungkapan cintaku kepada sahabat-sahabatku di luaran sana supaya cepat-cepat berubah. Inget kerjaan kita tuh, punya dampak yang besar buat masa depan orang loh. Kalo saran yang kita kasih salah, bisa-bisa orang yang dapat saran dari kita bisa dirugikan.
Nah, mungkin ada beberapa saran yang bisa kalian terapkan dalam kehidupan ke depan ya, gengs. Yuk, dibaca yuk!
- Kelola Ego
Nggak bisa dipungkiri bahwa anak hukum itu egonya tinggi puol, termasuk aku. Kadangkala kita ngerasa kesal kalo dievaluasi di depan banyak orang. Rasanya kek, ditabrak truk ekspedisi yang muatannya sepenuh cintaku sama si doi. Canda doi!
Intinya gini, kadangkala egolah yang bikin kita nggak mau ngosongin gelas dan mau belajar padahal evaluasi dari praktisi senior atau teman sekalipun itu bagus buat perkembangan kita.
BACA JUGA: PERLUNYA NETIKET ATAU NETTIQUETTE DALAM BERJEJARING
Cuman masalahnya siapa yang mau disalahin depan banyak orang. Ye, kan? Cuman kalo nggak dikasih tahu, bisa-bisa edukasi hukum yang kita kasih salah dan malah ngerugiin orang yang sedang kita edukasi.
Syukur-syukur kalo kerugian orang yang dikasih edukasi hukum nggak gede. Gimana kalo akibat edukasi hukum yang kita kasih, orang itu malah masuk penjara atau rugi miliaran rupiah. Apakah kita mau tanggung jawab? Enggak, kan? So, dengerin dulu sebelum membantah. Atau mungkin kasih kode ke orang atau teman yang memang ilmunya lebih tinggi buat ngelurusin dan ngasih tahu kita di belakang. Jadinya win-win solution kan?
- Sebelum Mengambil Kesimpulan, Analisa Dulu Issuenya
Kadangkala saking semangatnya, baru juga dikasih tahu isunya, dia udah langsung mengambil kesimpulan. Padahal dia belum ngulik fakta-fakta kasus dan ngelakuin analisa hukum.
Misal ada nih, temen kita yang datang dan cerita kalo bapaknya ada proyek based on perjanjian. Tapi rekan bisnisnya nggak menjalankan kewajibannya sebagaimana mestinya. Nah, si kawan kita ini langsung mengambil kesimpulan, “Itu, wanprestasi itu!” Tanpa ngulik fakta dan kondisi bapak dari orang yang nanya ke kita ini.
Masalahnya wanprestasi dan penipuan di dunia bisnis itu kan beda-beda tipis yak, jadi harusnya kita ngulik dulu kejadiannya gimana, posisi hukum bapaknya gimana dan kondisi keuangan keluarganya sekarang gimana. Hal-hal kek gini perlu banget buat nentuin strategi hukum apa yang bakal diambil ke depannya.
Inget yah, perkara perdata itu prosesnya panjang dan bisa makan waktu bertahun tahun. Kalo langsung ambil jalan pintas wanprestasi tanpa tahu kondisi keluarganya, ya susah juga.
- Kuasain Hukum Positif
Ini yang wajib pake banget dicatat yah, gengs! Sebelum memberikan advice, ingat iqro (baca) dulu (kata senior lawyer saya, namanya mas Raden Widhie). Kenapa ini penting, karena setiap argumen yang kita bangun harus ada dasarnya.
Kalo nggak menguasai hukum positif, kamu mau membangun argumen pake apa? “Pake pasir, semen dan batu?”
BACA JUGA: MAU JADI MABA FH BERKELAS? INI DIA 5 SKILL YANG WAJIB DIKUASAI MAHASISWA BARU FAKULTAS HUKUM
Kadang si kawan kita ini langsung menafsirkan kondisi dari orang yang berkonsultasi hukum ke kita dalam kondisi hukum tertentu tanpa menguasai dasar hukumnya.
Aku inget banget waktu ada yang berkonsultasi ke kita soal dia yang merasa dirugikan akibat perbuatan tetangganya. Duduk perkaranya nggak usah aku jelasinlah yah. Intinya itu cuma curahan hati seorang tetangga yang iri aja sama tetangga yang lain dan nggak ada kerugian baik secara materiil maupun immateriil.
Nah, si kawan kita ini langsung ngomong, “Bisa digugat perbuatan melawan hukum itu!”
Astagfirullahhhhhhhhhh …
Baca dulu, bambang! Pasal 1365 KUH Perdata itu!
Inget, harus ada hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian yang diderita seseorang. Nggak bisa tuh, kita serta merta bicara PMH tanpa ngerti unsur-unsur PMH itu gimana.
So, iqro mbang, iqro!
Segitu dulu curahan hati ini. Semoga bestie yang membaca ini, bisa berubah jauh lebih baik yah. Jangan sampai ngerugiin orang lain dari edukasi hukum yang kamu kasih.
Kasian loh, kalo amit-amit terjadi kerugian. Bukan cuman nama kamu yang jadi brengsek dalam kamus dia, tapi kehidupan keluarganya juga ikut melarat.


