PUASA ITU DIATUR LOH, DI DALAM HUKUM INDONESIA

Tinggal hitungan hari bulan Ramadhan datang dan suasana serunya bulan Ramadhan bakal kita rasain lagi. Males-malesan bangun sahur, jadi lebih sering liat jam, kalap berburu takjil dan tarawih sambil cari kembang desa yang nggak pernah keluar rumah. *Astagfirullah.* Pokoknya di tahun 2024 ini harus ada resolusi nih, harus lebih banyak ibadahnya. Tadi itu gimmick doang, kok.

Btw, puasa kan rukun Islam keempat ya, di mana puasa Ramadhan adalah kewajiban bagi kita umat Islam untuk menjalankannya. Walaupun wajib, tetep ada syarat yang harus dipenuhi agar kita bisa menjalankan ibadah puasa.

Syaikh Wahbah Al-Zuhaili dalam kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu menjelaskan ada lima syarat orang yang wajib puasa Ramadhan. Pertama, sudah pasti beragama Islam. Kedua, sudah baligh. Ketiga, berakal. Keempat, orang yang menetap atau tidak sedang bepergian dengan jarak yang bisa qasar salat. Kelima,  sehat atau mampu berpuasa. 

Nah, itu sekilas tentang hukum ibadah puasa Ramadhan. Kalo kalian mau lebih paham, saranku sih, ikut ceramah, kajian atau pesantren kilat deh, pasti bentar lagi banyak yang ngadain.

Setelah tipis-tipis membahas hukum Islamnya, biar afdol kita bahas juga nih, sudut pandang hukum positif. Memang kita nggak bisa nemuin aturan yang spesifik tentang puasa di hukum positif Indonesia, tapi coba kita telusuri ya, terkait peraturan yang berkaitan dengan puasa. 

BACA JUGA: 3 PERMAINAN UNIK SAAT RAMADHAN YANG HARUS DIHINDARI

Pasal 29 Ayat 1 dan 2 UUD 1945 adalah peraturan paling mendekati dan bisa menjadi aturan dasar yang melindungi ibadah puasa. Pasal 29 Ayat 1 UUD 1945 menjelaskan kalau “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,” ini menegaskan bahwa Indonesia bukan negara sekuler ya, tapi Indonesia juga bukan negara yang berdasarkan syariat agama. Pasal ini merupakan bentuk konsistensi atau keselarasan dari adanya sila pertama Pancasila, jadi yang dilindungi negara itu tentang hak beragama bagi setiap orang ya.

Kemudian Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945 menjelaskan, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.”

Nah, dalam pasal ini perlindungan hak beragama diatur lebih spesifik lagi, setiap orang merdeka untuk memeluk agamanya masing-masing, artinya bebas memilih agama apa yang dianut tanpa paksaan. Sorry atheis nggak diajak ya, soalnya jelas banget nih, kata kuncinya ‘memeluk agama.’

Selain itu setiap orang merdeka untuk beribadah menurut agamanya, jadi sebagai seorang muslim kita punya hak untuk berpuasa tanpa adanya diskriminasi dari pihak manapun karena puasa adalah bentuk ibadah umat Muslim kepada Tuhan-Nya. 

BACA JUGA: UCAPAN MENYAMBUT RAMADHAN UNIK DAN KEREN VERSI ANAK HUKUM

Hak untuk beragama dan beribadah ini juga diatur dalam Pasal 22 UU HAM, yang isinya nggak beda sama yang tertuang dalam Pasal 29 UUD 1945. Dunia internasional juga memiliki perhatian serius soal kebebasan beragama ini. Majelis umum PBB mengesahkan International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)  kemudian kovenan ini diratifikasi Indonesia melalui UU No 12 Tahun 2005. Pasal 18 ICCPR menjelaskan bahwa setiap orang  berhak bebas menganut agama dan keyakinan sesuai pilihannya sendiri.

Jadi sudah jelas kan, kalau ibadah puasa itu diatur dan dilindungi hukum positif Indonesia. Tapi jangan disalah artikan kalau kita puasa itu dilindungi dan tidak boleh didiskriminasi dan nggak ngebolehin orang lain berjualan atau makan di warung ya. Menurutku saat kita puasa ada orang lain jualan makanan atau makan itu namanya bukan diskriminasi, tapi kegiatan normal sehari-hari manusia, asalkan nggak maksa orang puasa buat makan ya. 

Kita ingat lagi konsep negara berdasarkan Ketuhanan, di situ nggak dikhususkan hanya untuk salah satu agama ya, karena Indonesia dari dulu sudah beragam budaya, keyakinan dan agama. Jadi menurutku kegiatan razia atau sweeping warung makan di bulan puasa itu implementasi yang salah soal toleransi beragama.

Alangkah baiknya dalam menjalankan ibadah puasa ini kita harus banyak introspeksi diri untuk memperbaiki ibadah dan iman kita, supaya setelah selesai bulan puasa kita terlahir kembali menjadi pribadi yang lebih baik dan bertakwa kepada Allah. Marhaban ya, Ramadhan.  

Arif Ramadhan
Arif Ramadhan
Sarjana hukum yang baru lulus kuliah dan masih mencari jati diri

MEDSOS

ARTIKEL TERKAIT

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

DARI KATEGORI

Klikhukum.id