“Twitter is not a technology company. Twitter is a communications company.” – Jack Dorsey, Founder of Twitter
Mark Zuckerberg did it again, I don’t even know what he’s thinking. Perhaps, bagi Mark eksistensi dan pertumbuhan facebook yang masih tetap bertumbuh dirasa kurang bagi dia. Walaupun rata-rata pertumbuhan pengguna facebook, even if it’s dying, still quite good, 10.9% per tahun dan dengan total pengguna 2.9 miliar. And yet, Meta masih meluncurkan App baru, Threads.
Meta’s Twitter clone, Threads, IMO is just a bid untuk memanfaatkan momen kelemahan saingannya yaitu Twitter. This is arguably, salah satu langkah yang beresiko and most desperate act, yang pernah ada di dunia sosial media. Yang paling membuat hal ini terlihat sebagai desperate act adalah bahwa perusahaan induk yang meluncurkan Threads adalah Meta.
Meta tidak memiliki track records yang bagus tentang keamanan data dan privasi pengguna. Hell, they did super profiling on us ffs. Apalagi belum lama terjadi dispute antara Meta or should I say, US Government dengan Tik Tok.
Kasus Cambridge Analytica juga merupakan kebocoran data terbesar yang pernah ada. WhatsApp yang pada tahun 2021 mengubah privacy and policy mereka pun membuat geger karena ditakutkan ada pertukaran data dengan facebook.
BACA JUGA: SUPER APPS LAHIR DARI ATURAN DATA PRIBADI
Instagram juga pernah kebocoran data privacy pengguna, yang mengakibatkan jutaan data email dan no hp tersebar. Another desperate act is that, akun Instagram akan hilang jika kalian menghapus akun Threads, karena login ke Threads menggunakan akun Instagram.
I’ll say it again, Threads is just desperate bid dari Meta untuk tetap menjadi raja sosial media.
Bisa dibilang, semua kesuksesan Threads berkat cross-promotion di Instagram. Di mana hanya dibutuhkan satu klik untuk membuat akun dengan nama pengguna yang sama dan mengikuti orang yang sama.
Dengan promosi ini, Threads mengumpulkan sekitar sepuluh juta akun baru dalam tujuh jam pertama peluncurannya. Not because Threads has something new to offer, sebenarnya lebih kayak FOMO. It’s a clone, so what’s new I guess. Let’s not delve into those things and get to the main question.
Apakah Threads yang disebut sebagai alternative Twitter, aman?
In a nutshell, Eropa melarang Threads karena masalah data dan privacy. EU, mempunyai aturan privacy dan policy yang paling kuat, GDPR. GDPR adalah salah satu undang-undang perlindungan data yang paling komprehensif dan berjangkauan luas di dunia, yang mulai berlaku pada 25 Mei 2018.
Aturan ini berlaku untuk semua negara anggota EU dan mengatur pemrosesan data pribadi penduduk EU, di manapun pemrosesan data dilakukan. At least, terdapat tiga poin yang dapat menimbulkan masalah baik itu di EU dan di Indonesia.
- Persetujuan dan Pembatasan Tujuan
Organisasi harus mendapatkan persetujuan yang jelas dan tegas dari individu sebelum memproses data pribadi mereka dan pengumpulan data harus dibatasi untuk tujuan tertentu yang sah.
According to the app’s own data privacy disclosure, Threads dapat mengumpulkan informasi tentang kesehatan pengguna, keuangan, kontak, riwayat pencarian, lokasi dan informasi sensitif lainnya melalui aktivitas digital mereka.
Aplikasi ini juga dapat meneruskan data ke pihak ketiga tentang orientasi seksual pengguna, keyakinan agama, politik, ras, etnis, tubuh dan status pekerjaan.
Dalam UU nomor 27 tahun 2023 tentang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP), Pasal 4 Ayat (2) menyebutkan data keuangan dan data kesehatan merupakan data yang bersifat spesifik yang dilindungi oleh undang-undang.
BACA JUGA: APA ITU RIGHT TO BE FORGOTTEN DAN MENGAPA HAK INI PENTING?
This is crazy, karena Threads adalah sosial media, bukan aplikasi finance, healthcare atau job finder.
- Hak Subjek Data
GDPR memberi individu beberapa hak, termasuk hak untuk mengakses, memperbaiki, menghapus dan membatasi pemrosesan data mereka serta hak atas portabilitas data.
Threads, dengan menyambungkan akun Instagram membuat pengguna akan mengalami kesulitan saat ingin menghapus akun tersebut. Pengguna yang masih mau mempertahankan akun Instagram mereka, jelas dibatasi akan aturan ini. Pilihan pengguna, hanya deaktivasi karena akun Instagram juga akan hilang jika akun Threads dihapus.
Pasal 8 dan Pasal 9 UU PDP juga menjelaskan mengenai aturan ini, dimana pengguna sudah diberi pilihan mengenai penghapusan data.
Well, walaupun kebijakan Threads memiliki limitasi dengan akun Instagram, but it still has the features. Jadi menurutku masih ada di garis abu-abu(?). Hal ini bisa menjadi masukan kepada pemerintah tentang aturan penghapusan dan pemrosesan data yang lebih baik.
- Privasi Berdasarkan Desain
Organisasi harus menerapkan tindakan dan perlindungan privasi secara proaktif selama pengembangan produk dan layanan (privasi berdasarkan desain) dan memastikan bahwa pengaturan privasi diatur ke opsi yang paling ramah privasi secara default (privasi berdasarkan default).
BACA JUGA: PERLINDUNGAN DATA DI INDONESIA
Meta dalam track recordnya bukan merupakan sebuah perusahaan yang bagus dalam masalah keamanan data. We certainly membutuhkan framework tentang bagaimana outline keamanan data di Indonesia khususnya.
Aku belum menemukan aturan khusus mengenai framework bagaimana keamanan data di Indonesia seharusnya dilakukan. So, our government really needs to work harder.
Overall I don’t think, kalau Threads merupakan aplikasi yang memang dapat menjadi alternatif bagi Twitter. Aku personally nggak punya akun Threads coz all the reasons above. Walaupun aku yakin, banyak masyarakat Indonesia tidak mempermasalahkan keberadaan data mereka dan menginstall Threads karena penasaran.
Aturan di Indonesia sendiri pun masih dibilang too lax terhadap problem ini. There is a need, untuk mengupgrade kedaulatan digital Indonesia dan sebisa mungkin dapat sejelas dan sedetail GDPR, for our sakes of course.
Wel, I just hope that kalau pemerintah memang mengizinkan Threads agar dapat digunakan masyarakat Indonesia dan pengawasan terhadap aplikasi ini juga dilakukan dengan sebaik mungkin. Jangan sampai, kebocoran data warga Indonesia terjadi lagi akibat kelalaian pemerintah. That’s All, CU.
“Our goal is not to build a platform; it’s to cross all of them.” – Mark Zuckerberg, Meta CEO