TERSIRAT MAKNA SOSIAL DALAM PERAYAAN IDUL ADHA

Perayaan Hari Raya Idul Adha atau yang dikenal dengan Lebaran Haji atau Idul Kurban merupakan bentuk ibadah umat muslim kepada Allah SWT, yang ternyata menyimpan makna sosial yang cukup mendalam ketika dicermati bersama bagi umat manusia.

Dalam peringatan Idul Adha terdapat peristiwa penting, yakni ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengorbankan putranya yaitu Nabi Ismail sebagai wujud kepatuhan terhadap Allah, yang endingnya  Allah SWT menggantikan Ismail dengan domba.

Sejarah peristiwa Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan Nabi Ismail terekam dalam Al-Qur’an Surat As-Saffat Ayat 102.

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Selain ibadah kurban, Idul Adha juga dikenal dengan pelaksanaan ibadah haji umat Islam untuk menjalankan perjalanan suci ke Baitullah (Mekkah) dengan rukun dan syaratnya yang telah diatur sebagai penyempurna ibadah Rukun Islam ke lima.

Makna Sosial Ibadah Kurban

Ibadah kurban ternyata mengajarkan umat muslim banyak hal yang dapat dipetik. Yaitu sebagai bentuk iman dan ketaatan hamba kepada Allah SWT, sebagai bentuk kesucian untuk mengorbankan sesuatu dan sebagai momentum untuk saling berbagi antara umat.

Pelaksanaan ibadah qurban dalam syariat Islam yaitu jatuh pada tanggal 10-13 Dzulhijjah. Sedangkan bentuk hewan yang boleh dikurbankan menurut syariat Islam adalah unta, kerbau, sapi, kambing dan domba.

Dalam pemilihan hewan kurban, agama Islam pun sudah mengaturnya sedemikian sempurna. Karena digunakan untuk kepentingan ibadah dan sosial kepada masyarakat maka hewan yang dipilih pun selain memenuhi syarat juga harus sehat dan gemuk.

Jika dikaji lebih mendalam, praktik ibadah kurban tidak sebatas momentum bentuk ketaatan hamba kepada Tuhannya, namun terjadi pula peristiwa sosial, ekonomi serta budaya di dalamnya.

Bisa dilihat dari banyaknya pihak yang mendadak membuka usaha jual hewan ternak dan dipastikan ada roda perekonomian yang terkumpul. Selain itu ada peristiwa pembagian hewan kurban bagi umat Islam yang mengharuskan berkumpul bersama-sama mendistribusikan daging kurban. Dan momentum ini merupakan bentuk lingkaran sosial yang sehat untuk saling bertegur sapa.

Dalam pengolahannya pun, setiap masyarakat khususnya di Indonesia memiliki cara dan tradisi penyajian yang beragam dan menghasilkan bentuk produk budaya khususnya kuliner imbas dari perayaan Idul Adha.

Makna Sosial Ibadah Haji

Ibadah Haji ke Baitullah (Mekkah) merupakan manifesto Rukun Islam ke lima yang secara hukum syariat sifatnya wajib bagi umat Islam yang mampu. Hal ini sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 98.

“Dan bagi Allah subhanahu wata’ala, wajib bagi manusia untuk melaksanakan haji ke Baitullah.”

Walaupun secara aturan syariat normatif  pelaksanaan ibadah haji merupakan kewajiban seseorang sebagai umat Islam untuk mendapatkan pahala dan menjalankan perintah agama sebagai bentuk keimanan dan ketakwaannya. Di lain sisi ternyata ibadah haji juga tersirat makna sosial yang mendalam.

Makna sosial yang terkandung dalam ibadah haji misalnya, tentang keberagaman umat Islam di seluruh dunia yang berkumpul menjadi satu di Baitullah dengan ragam mazhab dan budaya yang bermacam-macam dalam melaksanakan ibadah haji.

Jika dimaknai lebih mendalam, berkumpulnya seluruh umat Islam di Mekkah tersebut menyiratkan bahwa sejatinya ragam manusia di dunia itu bermacam-macam. Terdiri dari suku-suku, golongan dan budaya yang berbeda namun dalam hal ini tetap menyembah kepada Allah SWT.

Makna lain dapat diartikan bahwa dalam pelaksanaan ibadah haji tidak ada perbedaan pangkat, jabatan dan golongan di tempat tersuci ini. Mereka sama-sama mengenakan pakaian sederhana yang melambangkan kesucian, persatuan dan kesetaraan serta menghidupkan kembali peristiwa-peristiwa besar keagamaan.

Itulah makna sosial yang dapat saya sajikan buat kamu sekalian dalam memaknai Idul Adha. Semoga dalam momentum ini tetap terjaga rasa saling berbagi, kesatuan dan kesetaraan seluruh umat Islam dalam melaksanakan kehidupan dengan umat manusia lainnya.

Mohsen Klasik
Mohsen Klasik
El Presidente

MEDSOS

ARTIKEL TERKAIT

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

DARI KATEGORI

Klikhukum.id