Hello, precious people! Khusus hari ini I’am nulis pake dua bahasa, sesekali keminggris tak apa ya. Pas banget sama judul artikel yang ada kata ‘internasional’ masa nggak keminggris, mazzeh. Sekalian benerin grammar, biar bisa masuk circle anak Jaksel. (My english is broken, pardon me lord if I make a mistake).
Untuk gue yang sibuk duduk melamun kek Socrates, waktu terasa cepat berlalu. Sudah tanggal 15 aja huh, tapi ‘gajian masih jauh!’ By the way, do you know what is going on 15 September? There’s a big internasional event, it’s called International Democracy Day! So far (maybe), u r just hearing about democracy parties such as, pemilihan umum (pemilu), etc. But, have you guys heard about the International Democracy Day? Sudah sering denger, apa justru masih asing?
Kalo dah sering denger, bagus lah. Tapi, kalo masih asing, keknya lu pada sering ‘login alam lain’ alias turu pas pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dulu (canda). Because that, come take a seat, then read the article for (just) one minute!
Demokrasi sudah melekat dalam kehidupan bernegara kita seperti, kebebasan berpendapat, menyalurkan aspirasi, yang merupakan salah dua dari bentuk demokrasi di kehidupan sehari-hari. Semua itu dilindungi dan dijamin oleh konstitusi Undang-undang Dasar Tahun 1945 a.k.a UUD 1945 (coba liat pembukaan UUD 1945 Alinea keempat, Pasal 1 Ayat (2), Pasal 28, Pasal 28E UUD 1945).
BACA JUGA: DEMO UNTUK DEMOKRASI
Jadi, simpelnya demokrasi itu “Style pemerintahan.” Cara pengambilan kebijakannya, siapa yang menjalankan pemerintahanya dan mau dibawa ke mana negara itu berdasarkan kehendak dan keputusan rakyat dari negara yang bersangkutan. Pasti inget kan kata lord Abraham Lincoln yang berbunyi “Pemerintah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.” Nah, itu demokrasi namanya, bro!
Tak dipungkiri, demokrasi adalah “Style pemerintahan” yang paling populer di seluruh negara. Makanya tak heran kalo sampe ada peringatan Hari Demokrasi Internasional. Terus kenapa ye, harus ada peringatan hari demokrasi skala internasional? Yntkts, eh canda.
Semua hal pasti punya asal-muasal, ga ada yang langsung ‘jleb’ tiba-tiba ada di bumi. Sama halnya dengan hari demokrasi internasional. Singkatnya, hari demokrasi internasional bisa muncul karena pada saat itu (15 september 2007), United Nation (UN) a.k.a Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui majelis umumnya mengeluarkan resolusi bahwa pada setiap tanggal 15 September, akan diperingati sebagai Hari Demokrasi Internasional.
“Emang seurgent itu sampe diperingati tiap tahun?”
Yes lah brodi. The first reason is, manusia itu tempatnya lupa dan salah, azek. Makanya diperingati tiap tahun sebagai “Awareness to governments who are being ruling the nations.” Yep, sebagai pengingat, agar pemerintah sadar kalo demokrasi itu memang diakui di dunia, jadinya ga semena-mena deh.
The second is, pada saat itu iklim demokrasi lagi ‘ga sehat.’ Makanya PBB mengeluarkan resolusi yang bertujuan untuk mempromosikan peran pemerintah dalam menjaga nilai demokrasi itu tetap berjalan sebagaimana mestinya. Simpelnya bro, mereka ngasih tutor “Gimana sih, cara agar pemerintahan itu berjalan dengan baik dan benar dengan sistem demokrasi” ke para wakil negara yang hadir pada saat itu.
BACA JUGA: AWAS BAHAYA LATEN BAPER DALAM DEMOKRASI
The third is, PBB mau mengadvokasi masyarakat demokratis di seluruh dunia bahkan alam semesta (eh, maap ngelantur). Ga, ga, yang bener nih, PBB niatnya baik mau ‘memberikan pengertian’ kepada seluruh masyarakat demokratis di dunia mengenai “Bagaimana sih, demokrasi itu bekerja.” In particular reason, PBB berkomitmen untuk bekerja demi memperkuat akuntabilitas demokrasi seperti, membantu negara baru demi membuat konstitusi yang cocok untuk mereka nantinya.
Sebenarnya secara teori, banyak bet manfaat dari sistem demokrasi yang diinisiasi oleh resolusi PBB di atas. Suaramu ga dibungkam, bisa berpartisipasi di pemerintahan, punya hak dipilih dan memilih, and so many-many more that will be waste the energy to write them all in one text.
But, we don’t know what is happening in real life, right? Iya sih, kelihatannya indah banget, bebas berpendapat dan bersuara. Eh, nyatanya banyak ‘teka-teki’ dari hilang hingga meninggalnya para aktivis yang dianggap ‘vokal’ menentang penguasa pada puluhan tahun lalu yang sampe sekarang ga nemu titik terang.
Dan yah, itulah realita tak akan selalu ideal dengan yang dicita-citakan masyarakat selama ini. That’s all my bacotan, udah dulu ya. Aku denger suara akang bakso, (mau beli bakso beneran woi). See you on next article!