KEADILAN SERASA UDARA SEMESTA

Para pemangku kebijakan seluruh dunia sepakat, bahwa isu soal Keadilan Sosial menjadi perhatian yang penting untuk dapat diatasi secara komunal. Wujudnya dalam kalender dunia menetapkan tiap tanggal 20 Februari diperingati sebagai hari Keadilan Sosial Sedunia.

Membahas isu Keadilan Sosial Sedunia, kiranya kita perlu menengok kebelakang peristiwa penting yang telah masuk dalam pembahasan internasional oleh pemimpin  Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Berkaca dengan masih adanya ketimpangan sosial, isu rasisme, akses pendidikan yang tidak merata, kesejahteraan buruh sulit dicapai, ditambah akses kesehatan yang kian sulit, menjadikan problem yang dibahas terus menerus. Hingga pada 26 November 2005 Majelis Umum PBB menetapkan setiap tanggal 20 Februari sebagai Hari Keadilan Sosial Sedunia.

Bagi saya spirit yang dibawa sangat bagus, yaitu membawa pesan adil dan sosial untuk kehidupan masyarakat dunia, khususnya mereka yang tinggal di negara konflik.

Selain itu, Organisasi Perburuhan Internasional juga turut mengkampanyekan momentum Hari Keadilan Sosial Sedunia, dengan mengadopsi deklarasi International Labour Organization (ILO) pada 10 Juni 2008. Kemudian dijadikan spirit untuk menyuarakan pentingnya keadilan sosial khususnya untuk kelas pekerja. 

Membahas isu seksi tersebut, saya juga memiliki suatu konsep tersendiri untuk membahas soal keadilan sosial apalagi objeknya kemajuan dan kesejahteraan manusia.

BACA JUGA: KORUPSI: KETIKA KEADILAN HANYA SEBATAS NADI TAK BERTUAN!

Ketika mengkampanyekan isu keadilan sosial, tawaran saya adalah bahwa kita semua perlu belajar dari sifat udara. Yang kehadirannya tidak bisa dilihat secara kasat mata, namun bermanfaat untuk kehidupan manusia.

Belajar dari Adilnya Udara

Ketika memaknai keadilan sebagai suatu perbuatan yang tidak memihak (setara), berpegang kepada kebenaran dan tidak berlaku sewenang-wenang. 

Atau keadilan menurut Aristoteles sebagai perilaku yang mengedepankan keseimbangan dan proporsional. Bagi saya konsep itu semua ada dalam eksistensi udara, yang secara nyata sangat bermanfaat bagi manusia untuk bernafas melalui oksigennya.

Udara tidak pernah memihak dirinya hanya dihirup oleh kaum agamis saja supaya mereka terus bernafas untuk menyebarkan kebaikan. Dan udara pun tidak pernah melarang sekelas terpidana mati menghirupnya supaya bisa tetap hidup sebelum waktu eksekusinya tiba.

Selagi manusia itu hidup dan fungsi organ pernafasannya tidak sakit, maka udara akan selalu memberikan sikap baiknya dan rela dihirup melalui oksigen yang terkandung di dalamnya sebagai proses manusia bermetabolisme.

Bagi saya, inilah cerminan keadilan yang sesungguhnya layaknya konsep keadilan yang dikatakan oleh Aristoteles, tentang keseimbangan untuk semua manusia dan proporsional untuk komunal masyarakat yang diajarkan oleh udara kepada kita.

Belajar dari Manfaatnya Udara

Setelah saya membahas soal cerminan keadilan dari udara untuk kepentingan individu, rupanya dia juga mengajarkan tentang dirinya pun bermanfaat untuk kepentingan komunal atau manfaat orang banyak.

BACA JUGA: KETIKA HUKUM TUMPUL KE ATAS DAN TAJAM KE BAWAH

Contoh udara bisa dimanfaatkan untuk kepentingan sosial masyarakat. Dapat kita lihat dari adanya energi pembangkit listrik kincir angin dan jaringan teknologi komunikasi. Yups, benar sekali sumber energi dari dua alat itu berasal dari udara.

Dari sini sudah cukup jelas kan pren, bahwa selain dapat memberikan manfaat untuk manusia dalam ruang individu udara juga memberikan manfaat untuk manusia secara komunal.

Sebuah konklusi yang bisa disepakati bersama, ketika kita membicarakan  soal keadilan sosial yang isunya terus dikampanyekan oleh PBB beserta stakeholder lainnya. Kiranya kita perlu belajar banyak kepada udara yang eksistensinya kian terlupakan.

Dengan demikian, gerakan  aktivis ketika memberantas isu rasisme, membuat program memberantas kemiskinan, bekerja keras memenuhi fasilitas kesehatan dan pendidikan yang layak, bahkan kesejahteraan bagi kaum pekerja, haruslah tulus ikhlas dan tanpa pamrih bak udara yang terus kita hirup sedari kecil sampai dewasa serta dapat berfikir tentang keadilan saat ini.

Akan terasa sia-sia, jika kita berdialektika soal Hari Keadilan Sosial Sedunia namun tidak pernah bersyukur kepada semesta atas udaranya yang bisa membuat kita semua berfikir dan berbicara soal keadilan. Karena konsep keadilan sesungguhnya serasa udara semesta.

Mohsen Klasik
Mohsen Klasik
El Presidente

MEDSOS

ARTIKEL TERKAIT

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

DARI KATEGORI

Klikhukum.id