Setidaknya terdapat lima pertanyaan Tes Wawasan Kebangsaan KPK, yang menurut saya tidak mengandung unsur kebangsaan babarblas, contohnya:
- Apakah mau jadi istri kedua/ketiga?
- Kalau pacaran ngapain aja?
- Apakah mau melepas jilbab?
- Apakah semua cina sama?
- Memilih Alqur’an atau Pancasila?
Mohon maaf nih yah, boleh gak sih, saya ketemu sama orang yang membuat pertanyaan di atas. Jika boleh, ayo pren, kita ngopi bareng. Nanti kita diskusi perihal gimana sih, rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayange? Atau kita diskusi soal puisi hujan di bulan Juni punya alm. Pak Sapardi Djoko Damono yang dinyanyikan juga dalam liriknya Jason Ranti.
Ya setidaknya biar lebih indie-indie sikit lah wawasannya atau paling tidak tau kondisi bangsa saat ini. Gak malu apa sama Jimi dan Malau yang dalam tayangan Ngobrylsnya juga kerap membahas kebangsaan. Atau gak malu poh, sama podcastnya Kang Deddy Cahyadi a.k.a Deddy Corbuzier. Itu podcast keren loh pren, apalagi pas bintang tamunya Lord Rangga Ex. Sunda Empire.
Walaupun bait pembuka tulisan saya ini kurang nyambung, tapi tak apalah, buktinya pertanyaan-pertanyaan soal Tes Wawasan Kebangsaan KPK juga gak nyambung soal kebangsaan, jadi gak masalah toh pren.
Saya gak bisa membayangkan jika saya yang saat itu ikut tes TWK dan disuruh menjawab kelima pertanyaan di atas.
Pertama, saya ini jomblo. Sehingga sudah sangat jelas pertanyaan nomor satu dan nomor dua bakalan tidak sesuai atau minimal jawabannya ngawur dan hasilnya salah. Jika jawaban saya benar berarti ada unsur kebohongan yang saya lakukan.
Kedua, saya ini laki-laki loh pren, masa iya disuruh lepas jilbab. Woiiii, saya ini memang gak pake jilbab, tapi pake peci.
Lah, sudah jelaskan tiga pertanyaan saja saya gak bisa jawab. Jadi bisa dipastikan gak lolos jadi pegawai KPK, walaupun saya magister hukum. Tapi pie meneh, wong saya jawab tiga dari lima pertanyaan saja sudah salah kok. Kecuali kalo saya berbohong ketika menjawab, jadi bisalah.
Kalo boleh usul, sebenernya saya bisa kasih banyak rekomendasi pertanyaan untuk tes wawasan kebangsaan, apalagi jika dihubungkan dengan disiplin ilmu hukum. Saya yakin gak bakalan kehabisan bahan untuk membuat pertanyaan wawasan kebangsaan.
Contoh paling sederhana nih, terkait tes wawasan kebangsaan jika dikolaborasikan dengan ilmu hukum sebagai berikut.
- Sebutkan pasal yang mengatur tentang “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara” dalam UUD 1945 dan bagaimana dalam penerapannya?
- Apa yang menjadi asas serta dasar hukum dalam penerapan aturan KUHP dan KUHPerdata di Indonesia, mengingat 2 (dua) aturan tersebut merupakan warisan belanda?
- Apakah yang saudara ketahui soal asas-asas dalam hukum pidana, jelaskan dan berikan contohnya?
- Berapakah bab dan pasal yang terdapat dalam KUHP?
- Bagaimana sikap kebangsaan dan cinta tanah air saudara, ketika menangani kasus korupsi, sedangkan dalam hal ini tersangka akan memberikan uang hasil korupsinya secara penuh jika anda membebaskan kasus tersebut?
Nah, minimal pertanyaan gini loh. Ya, walaupun ketika dibaca dengan seksama, pertanyaan-pertanyaan di atas kerap diajukan oleh dosen semester dasar, terkhusus pengantar hukum Indonesia kepada mahasiswa di fakultas hukum. Namun setidaknya pertanyaan-pertanyaan di atas kan lebih berbobot, secara nuansa kebangsaan terpenuhi apalagi nuansa ilmu hukumnya. Dari pada pertanyaan-pertanyaan yang gak cetomenurut saya loh. Seperti pilihan dijadikan istri kedua/ketigalah, kalo pacaran ngapain aja, mau apa enggak lepas hijablah.
Maaf yah, ini maaf loh sebelumnya. Btw, ini mau tes pegawai KPK atau ditanya sama calon maratua ya. Saya pikir, ketika maratua menginterogasi calon mantunya juga pasti memberikan pertanyaan yang lebih berbobot dan lebih berkelas.
Tapi ya bagaimanapun peristiwa ini sudah terjadi, sehingga saat ini publik sedang benar-benar gencar menyoroti kinerja KPK. Dan imbasnya dalam tubuh KPK sendiri mulai terpecah belah, yaitu antara pegawai yang lolos TWK dan pegawai yang gak lolos TWK. Padahal saya yakin masyarakat Indonesia masih banyak berharap kepada KPK dalam hal penanganan kasus korupsi.
Siapa sih, yang gak tau jika korupsi di Indonesia masih sangat banyak kasusnya, apalagi nilai kerugian negaranya. Jadi sekali lagi masa kalian tega sih, membuat publik jadi gak percaya dan respek terhadap kinerja KPK. Lantas jika KPK saja sudah tidak dipercaya.
Kepada siapakah kita berharap pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia????