Di suatu sore yang syahdu, dalam rindangnya bayangan pohon jagung di depan kantor ada 2 onggok manusia penuh dosa yang bernama Foxtrot dan Gombloh. Mereka sedang asyik bercengkrama dengan gadget-nya masing-masing. Maklum, pemuda jaman sekarang telah banyak menjadi korbannya. Gadget mendekatkan yang jauh, tapi menjauhkan yang dekat. Lha wong sebelahan bukannya malah ngobrol, tapi malah asyik sama hapenya masing-masing. Ciri-ciri smartphone stupid user.
Lalu tiada angin tiada hujan, tiba-tiba mak jegagik.
“Wogh Trot, coba liat ini…” kata Gombloh sambil nyorongin gadgetnya ke mata Foxtrot.
“Heh, yingan ig, kena mataku ini cuk!” kata Foxtrot kesakitan sambil ngusep manuk eh matanya.
“Ada apa to Mbloh, gambar porno lagi po? Kok heboh banget koe.”
“Porno kepalamu tenggelam itu og. Ini loh Trot ada fotonya pangeran negara sebelah yang baru hits.”
“Halah, ya jelas hits-lah. Udah ganteng, kaya raya, anaknya raja pula. Ya mesti ngehitslah Mbloh.”
“Kalo kamu ya nggak bakalan hits Mbloh, udah jelek, rokok aja minta.” sambil nyingkirin bungkus rokok dari hadapan Gombloh.
“Ealah, cah pelit koe Trot.” masih berusaha nyaut bungkus rokok.
“Bukan cuma gantengnya yang bikin hits, tapi komen-komen netizen Indonesia Trot yang bikin heboh dunia per-ganteng-an masa kini. Bikin kaum jelata muka mepet pinggiran eternit kayak guweh ini ngiri Trot.”
“Nih, coba liat sendiri Trot, gimana hebohnya kaum hawa berkomentar.”
“Yang kayak gini Trot, heboh komen dan balesannya. Ada mbak-mbak yang nulis rahimnya angetlah, ada yang mau jadi kudanya terus minta dinaikinlah. Hesss jan bikin ngiri aja.”
“Ngiri kok sama kuda Mbloh.”
“Gegara babang pangeran tamvan itulah Trot, kepopuleran guweh yang udah guweh bangun sejak jaman kolonial berantakan.”
“Bentuk kayak kamu Mbloh kok mau saingan sama babang pangeran tamvan, sama babang pokalis tamvan aja kalah kok.”
BACA JUGA: PAP DULU DONG KAK
“Lagian emang kamu mau Mbloh dilecehin kayak gitu?”
“Lah, pelecehan gimana Trot? Jelas-jelas para wanita itu memuji pangeran tamvan gitu kok. Kalimat rahim anget, mau dinaikin dan ‘yang lain-lainnya’ kan sebagai ungkapan kekaguman kaum hawa sama sosok si pangeran tamvan itu Trot. Pitikih, cemburu koe Trot nggak ada yang anget rahimnya liat fotomu?”
“Pelecehan itu kalo kamu ngeliatin ‘gunung kembar’ cewek sampek nggak kedip Trot, apalagi kamu tambahin pake siulan segala. Lakik kok dilecehin sama wanita.”
“Ealah Mbloh…Oon-mu beli di olsop pas diskon covid-19 po?! Pantesan oon-nya turah-turah (berlebihan).” Ampunnn deh.
Nahh, selamat datang di dunia modern yang katanya pelecehan seksual hanya bisa terjadi pada wanita ndes. Itu adalah pandangan yang menyesatkan lho, nggak selamanya korban pelecehan seksual melulu para wanita.
Mentang-mentang pria kekar, berotot, berjenggot maskulin rambut pomade-an disisir ke belakang, emang nggak bisa jadi korban pelecehan seksual oleh lawan jenisnya gitu?
Wanita pasti marah kalo ada pria yang ngeliatin to*ednya. Sebaliknya kalo ada wanita ngeliatin selangkangan pria sambil komen “Ih Bang, dedeknya keluar tuh. Imut-imut nggemesin gimana gitu,” dianggap hal yang wajar.
Pie perasaanmu ndes, kalo ‘kebanggaanmu’ yang sangar bin garang dibilang imut, dikira Hello Kitty pake bando apa?!
Ada kalanya para pria perkasa yang perutnya kayak roti sobek pun bisa merasa dilecehkan oleh lawan jenisnya. Yah, misalnya kayak komentar netizen di postingan pangeran tamvan negara sebelah itu tadi.
Kalo dari sisi hukum, aturan dan sanksi pada hakikatnya nggak memandang status jenis kelamin. Selama memenuhi unsur yang terdapat dalam suatu aturan hukum, maka apapun jenis kelaminnya termasuk subyek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban sama.
Komentar, tulisan, balesan dari para netizen yang kebetulan berjenis kelamin wanita di postingan medsos bisa aja masuk dalam kategori pelecehan seksual. Apalagi komen semacam “rahimku jadi anget” maupun “duh pengen jadi kudanya biar bisa dinaikin sang pangeran,” udah menjurus kepada pelecehan seksual.
Hal yang mirip sebenere pernah juga terjadi kepada atlet bulutangkis pria kebanggaan Indonesia. Yups, Babang Jonatan Christie (Jojo) yang pada pertandingan Asian Games 2018 lalu melakukan selebrasi dengan buka baju dan memamerkan perut kayak roti sobek (kotak-kotak), auto menjadi biang keributan netizen dunia maya khususon para wanita.
Netizen wanita heboh ribut di IG dan medsos, saling memuja sang bintang lapangan. Bahkan ada juga yang terang-terangan komen kayak “Jojo jago main di net, apalagi di ranjang,” kenapa baju aja yang dilempar, celana juga sekalian dong.” Bahkan ada juga yang to the point ngajak berhubungan seksual ato nebak ukuran alat kelaminnya.
Ya kalik tebakannya bener, kalo salah gimana?
Menurut wikipedia Indonesia, pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan-pendekatan yang terkait dengan seks yang tak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan perilaku lainnya yang secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks. Komentar-komentar yang menjurus disertai gestur kalimat bisa juga termasuk golongan ini. Apalagi sampek bersiul (cat calling) yang merendahkan. Bisa ditampar di tempat kamu ndes.
Inget ya ndes, pointnya ada pada kata “yang tidak diinginkan”. Kalo semua pihak menginginkan alias nggak ada yang keberatan, namanya bukan pelecehan seksual tapi gayung bersambut mantap-mantap kemudian.
BACA JUGA: MENGHUKUM PEMBOKEP
Secara mudah, pelecehan seksual dapat digolongkan jadi pelecehan verbal, pelecehan non-verbal dan pelecehan fisik. Termasuk di dalamnya adalah tindakan berupa komentar, gurauan, rayuan dan/atau penghinaan yang mengandung unsur seksual.
Lebih menarik apa yang disampaikan oleh UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi Pasal 1 angka 1 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.”
Berarti ndes, meskipun cuma tulisan kalo ada unsur kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat, maka tulisan itu pun bisa masuk kategori pornografi.
Ngerinya kalo tulisan itu kita publish di medsos, hati-hati nanti kena sanksi pidana. UU ITE jelas mengaturnya. Kalo nggak percaya, buka sana Pasal 27 Ayat (1) dan Pasal 45 Ayat (1) UU ITE.
Nah, udah jelas to ndes?
Jadi kalo ternyata komentar yang awalnya gurauan, pujian ato bahkan sarkasme sekalipun kalo isinya mengandung unsur pelecehan seksual maka pihak yang dirugikan bisa melakukan upaya hukum lebih lanjut lo ya.
Btw, kalo Gombloh yang majang poto IG kayak babang pangeran tamvan ato Babang Jojo. Foxtrot yakin, netizen wanita langsung bernadzar nggak bakalan maen sosmed lagi. Karma is real ndes.
Mau laki mau wanita, kayaknya semuanya nggak bakalan seneng deh kalo dijadiin obyek seksual ato bahkan obyek kekerasan seksual. Yah, mungkin Gombloh adalah pengecualian, karena dia semacam anomali kehidupan.