Nggak kerasa ya, sebentar lagi udah lebaran aja. Gimana mental kalian? Aman? Yaaa, menurutku sih, udah nggak perlu lah nyiapin baju baru buat lebaran. Tapi siapin mental yang bakal dihajar dan dibrondong dengan pertanyaan-pertanyaan menohok seputar kehidupanmu yang nestapa.
Siapkan jawaban kalo ditanya kapan kawin, karir gimana, penghasilan berapa, anak berapa, kapan nambah anak. Fiuh!
Belum lagi bocil-bocil cingciripit di keluargamu pada minta THR. Duh, duh, duh, nggak tau aja tuh, bocil-bocil. Gimana perjuangan si beban keluarga ini, sebagai seorang sekte freelancer level Dewa Laut yang kehidupannya sungguh … aaahh, mantap!
Momen hari raya gini, seorang freelancer harus memiliki mental yang lebih kokoh dibanding umbi pemerintah alias P and S.
Ya, paling nggak, kalau Pe En Es aman dengan pertanyaan “Sekarang kerja di mana?” Dan sudah dipastikan bakal dibanggain sama keluarga besarnya.
Lah, kalau freelancer? Hahaha, jangan harap dibanggain. Paling juga dijawab “Oooh, kemarin nggak daftar ce pe en es ya?” Atau “Ooh, yang pekerjaannya Insya Allah itu ya?” Wes, seperti nasi kucing hilang karetnya. Ambyarrr, tenan!
BACA JUGA: 4 HAL YANG PERLU KAMU TAHU SEBELUM BELI KUE LEBARAN
Nih ya, biasanya sih, nanti saudaramu yang seorang pe en es bakal ditreatment spesial layaknya seorang Pangeran Arab atau Princes Buckingham. Sedangkan kamu yang kerjanya Insya Allah alias freelancer paling disuruh cuci piring, buatin minum Pakde, Paklekmu, motongin ketupat ama nyiapin sajian di meja makan.
Ya bisa dipastikan, aroma wangi parfummu bakal ketimbun sama bau dapur. Bahkan kasarnya nih, kehadiranmu itu nggak mempengaruhi keseruan kumpul keluarga. Hahaha, gak enak banget diabaikan ya. I feel it.
Tambah lagi nanti kalau saudaramu yang Pe En Es lagi bagi-bagi THR buat keponakan dengan uang gepokan warna biru yang masih baru. Udaa, sebaiknya kalian menyingkir saja karena jangan harap kalian yang freelancer dilirik. Yang ada mereka malah merasa kasihan sama kamu.
Bwahaha, sedih banget ngebayangin betapa hancurnya perasaan seorang sekte freelancer.
Padahal kalau ngomongin THR, freelancer juga harusnya dapet THR dari perusahaannya yang lagi pakai jasanya lho. Bahkan bisa jadi THR-nya lebih banyak dari pe en es. (Ya kalau gak sepi job)
Lhoh, kok bisa? Ya bisa dong, namanya freelancer kan dia bisa bekerja di beberapa tempat atau perusahaan.
Ya, misalnya aja si Bambang jadi penulis freelance, fotografer freelance dan editor freelance.
FYI, frelancer juga dapet THR lho. Gak percaya? Baca noh, Permenaker Nomor 6 tahun 2016 tentang tunjangan hari raya keagamaan bagi pekerja atau buruh di perusahaan.
Ada tuh, yang menyebutkan kalau freelancer mendapatkan THR kalau udah satu bulan kerja atau bahkan satu tahun kerja, meskipun penghasilannya tiap bulan beda-beda, tapi tetep bisa dapet kok.
Nah, caranya kalau udah bekerja lebih dari satu tahun, THR-nya penghasilan rata-rata perbulan selama setahun ke belakang. Kalau kerjanya belum ada setahun, besar THR-nya adalah upah rata-rata perbulan dikali masa kerja dibagi 12.
Coba yuk, kita hitung THR si Bambang. Sebagai seorang fotografer freelance dan editor freelance yang udah lebih dari setahun kerja, kalau dirata-rata penghasilannya sebagai fotografer freelance itu pas ngejob empat juta.
Nah, berarti kan THR yang didapat dari seorang fotografer freelance itu sebesar empat juta.
Sedangkan sebagai editor freelance penghasilan rata-ratanya lima juta. Yaa, THR yang didapat dari seorang editor freelance itu sebesar lima juta.
Dan sebagai penulis freelance, Bambang baru enam bulan bekerja, dimana rata-rata penghasilannya dua juta. Jadi THR Bambang sebagai penulis freelance 2.000.000 x 6/12 = 1.000.000.
Nah, jadi THR si Bambang 4juta + 5juta + 1 juta = 10 juta. Mmmhh, ya memang nggak segampang dan seindah itu sih, nerapinnya. Karena kan harus memperhatikan kebijakan dari tempat kerjanya juga.
Fyi, Bambang kan freelancer yang udah tergolong sukses, jiwa rebel dan jiwa enterpreneurnya yang tinggi, jadi modal dasar sekte freelancer. Yaa, kurang lebih gitu lah.
Tapi kalau dapet THR segitu, kalian masih antri promo minyak goreng dan antri diskonan baju lebaran nggak? Kalau masih, awas loh, nanti dijadiin subyek risetnya Bu Mega (Cik Mega tetangga saya maksudnya). Hihihi.
Dari pekerjaan si Bambang, harusnya bisa buat pembelajaran lah bagi orang-orang yang memandang sebelah mata seorang freelancer.
Setuju nggak? Walau freelancer kerjanya Insya Allah, tapi ya Insya Allah sukses dong. Asal istiqomah ya.
Ya intinya sih, pakde dan paklekmu yang pikirannya masih kolot dan mental feodal londo itu jangan mudah meremehkan pekerjaan people jaman now lah. Jaman udah berubah, bukan lagi jaman VOC.