Hello, precious people!
Selamat tahun baru 2024 ya, teman-teman. Selamat datang di tahun politik. Sekarang di setiap sudut jalan di kotaku sudah penuh gambar bapak-bapak capres cawapres. Balihonya segede gaban, tapi sayangnya nggak dicantumin gebrakannya kalo dia kepilih mau ngapain. Cuma jargon-jargon manis yang entahlah, apa maknanya.
Kita maklumin aja yekan, namanya juga sudah tahun politik. Sebagai newbie yang baru mau nyoblos, gua antusias banget nih, sama debat capres dan cawapres belakangan ini. Honestly, yang bikin menarik tuh, ada gagasan buat membangun banyak kota setara Jakarta.
Gacor, kira-kira gimana dan apa saja ya, yang perlu disiapkan kalau mau membangun kota setara Jakarta? Yok, dibahas.
Pertama pastinya dana. Untuk jumlah pastinya gua kurang tahu yak, berapa banyak uang yang digunakan untuk membangun kota setara Jakarta. Namun, bisa ditaksir dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Dilansir dari laman resmi DPRD DKI Jakarta APBD DKI Jakarta tahun 2023 itu menyentuh angka Rp83,7 triliun. Kira-kira segitulah biaya yang dibutuhkan kota Jakarta untuk anggaran belanja daerah dalam satu tahun.
Belanjanya banyak ya, gaiz. Yang pasti itu untuk pembangunan dan pelayanan publik. Nggak boleh cap-cip-cup sih, buat dapat angka Rp83,7 triliun tersebut. Ada aturan dalam menyusun APBD, yaitu dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan APBD. Perlu diingat, untuk pembangunan kota selevel Jakarta nggak cukup hanya dari APBD tapi juga butuh kucuran dana dari investor.
BACA JUGA: ADA APA UDARA DI JAKARTA? KOK DI GUGAT?
Kita juga butuh kucuran modal dalam negeri dan atau luar negeri, bro. Nggak cukup duit negara saja, perlu cuan pengusaha lokal dan asing, makanya dibuat instrumen hukumnya di Undang-undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Asing yang sebagian telah diubah dengan UU Cipta Kerja. Investor mau masuk dan ngasih dana alias melakukan penanaman modal jika proyek yang dijanjikan terjamin keamanan, stabilitas dan keuntungannya.
Nah, jika dananya sudah ada, next minimal dibangun infrastruktur kotanya dan ini membutuhkan waktu yang lumayan lama. Rencana induk pembangunan Jakarta saja sudah ada dari tahun 1965 dan itupun bekas Batavia yang sudah dibangun kolonial Belanda dulu.
Selain itu untuk menunjang akses dan aktivitas maka perlu diperhatikan juga dari aspek transportasi. Sekelas Jakarta mah, minimal ada bandara, terminal, stasiun serta pelabuhan yang masing-masing tempat tersebut sudah termasuk kelas internasional dan nasional.
Jalanan juga harus lebar agar proporsional, tapi disarankan untuk memberdayakan sarana kendaraan umum seperti bus, LRT, MRT untuk mengurangi macet serta polusi. Coba atur deh, gimana caranya biar orang pada nggak males naik transportasi umum. Sebenarnya rata-rata orang tuh, mau naik. Cuma malas aja kalau jumlahnya sedikit dan jadwalnya mepet-mepet. Jadi in-rush gitu.
BACA JUGA: APAKAH PEMINDAHAN IBUKOTA KE NUSANTARA SIAP SECARA HUKUM?
Bukan untuk keren-kerenan sih, tetapi hal tersebut dilakukan agar roda ekonomi dapat lancar jaya muternya. Aktivitas ekonomi tuh, sesimpel jual-beli, produksi-distribusi sampai ke tahap ekspor-impor juga harus jalan agar pendapatan asli daerahnya tinggi. Kalau pendapatan asli daerahnya tinggi pasti kotanya cuan.
Ya, kalau banyak cuan pasti bisa belanja dan membangun infrastruktur lebih. Kan orang yang tinggal di sana jadi lebih mudah mobilitasnya. Eh, eh, ngomongin soal ekonomi, untuk selevel Jakarta, upah minimum regionalnya juga harus tinggi. Mau nggak mau sih, karena kebutuhan hidup di metropolitan itu pasti tinggi.
Oh iya, selain itu dikarenakan sudah jaman teknologi banget, kalau mau membangun kota sekelas Jakarta pastikan jaringan dan akses internetnya kenceng! Inget ya, guys, sektor ekonomi sekarang nggak mentok pada aktivitas fisik tetapi juga dari dalam jaringan alias online.
Yah, itulah kalau mau membangun kota sekelas Jakarta. Minimal harus siap dana, pembangunan infrastruktur dan akses transportasi agar aktivitas ekonomi dapat berjalan dengan lancar. Nggak boleh asal eksekusi saja, perlu banget direncanakan dengan logis dan matang.
That’s all from me, see you in the next article!