Sebagai anak Tegal yang tumbuh dewasa di Jogja, jujurly saya merasa aneh melihat gaya pacaran ala anak Jaksel.
Which is mereka merubah kata check in bareng pasangan jadi staycation. Duh, bahasa pacaran apa lagi ini pren. Zina ya zina aja lah!!! Gak usah, sok intelektual langue gitu.
Kira-kira setelah menulis artikel ini, saya bakalan disomasi sama kaum yang ideologi hidupnya Say No Cutting, Say Yes to Cuddling gak yah.
Ngomongin soal budaya dan kebiasaan di Indonesia, mulai dari tongkrongan sampai pacaran, punya gaya dan cara yang berbeda-beda. Yaaa, istilah barunya pluralism in action.
Dari gaya tongkrongannya, bisa saya bilang, Tegal dan Jogja memiliki prinsip yang sama. Karena mereka memegang teguh culture Javanis.
Pembedanya Tegal terlalu egaliter, blokosuto atau nyablak. Tentunya budaya tongkrongan orang Tegal gak bakalan diterima oleh culture Jaksel karena dianggap Toxic Friendly atau Bullying Victim.
BACA JUGA: 4 BENTUK WANPRESTASI DALAM BERPACARAN
Bro dan sista Jaksel wanna be, tak tuturi yo. Jika dirimu menganggap suatu candaan dalam tongkrongan misalnya “Kok, kamu kelihatan gendutan. Kok, kamu kelihatan kurusan” itu kategorinya toxic friendly atau bullying victim.
Faktanya tidak semudah itu wahai Senoparty Jaksel Warriors, mengatakan tindakan di atas masuk dalam kategori bully yang melanggar hukum.
Agar kata “Kelihatan gendutan atau kurusan” masuk sebagai tindakan bully yang melanggar hukum, maka harus memenuhi unsur-unsur bully.
Which is untuk tahu kata itu masuk bullying atau tidak. Literally kamu wajib baca dulu Pasal 76 C Undang Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
Eh, tapi saya yakin kalian juga bukan kategori anak. Masa iya, ada anak nongkrong di Senoparty sambil menenggak sedikit soju. Jadi buat kalian, kuatin dikitlah mentalmu. Jangan buat tongkrongan sebaper itu atau jangan-jangan kalian jarang olahraga.
Which is di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Nah, kalo jiwamu saja sudah kategori insecure, overreact dan baperism apakah layak dikatakan jiwa yang kuat.
Gak cuma soal gaya tongkrongan. Asik juga loh, bahas gaya pacaran ala anak jaksel. Karena ….
Jujurly, saya suka heran melihat gaya pacaran ala anak Jaksel. Contohnya gini, terkadang pasangan yang menerapkan budaya Jaksel dalam pacarannya wajib mengaplikasikan fitur live location di handphone mereka.
Heh, kalian itu pacaran apa mau nge-SAR sih?! Harus melaporkan titik koordinat terkini sedangkan kalian itu masih di lokasi yang sama, yaitu di seputaran Jakarta. Gak bakalan sampai di Senegal atau Wakanda ko.
Orang-orang yang tipe pacarannya seperti ini, literally cocoknya jadi jaksa loh.
Soal vibesnya selalu curiga mulu atau ideologi yang diterapkan yaitu Presumption of guilt (asas praduga bersalah). Jadi bawaannya kalo pasangannya ke mana-mana tanpa melapor melalui live location dicurigai lagi selingkuh.
Duh, itu pacaran atau hidup di negara yang over otoriter yah.
Selain itu, ada kebiasaan yang menurut saya lebih aneh lagi melihat pacaran ala anak Jaksel. Yaitu soal deeptalk, kayaknya kata ini wajib diterapkan setiap malam sebelum tidur.
Lazimnya orang Jogja, apalagi anak kos kalo sebelum tidur mereka mendengarkan wayangan Ki Seno Nugroho atau lagu melankolisnya Pak Dhe Didi Kempot.
Tapi kalo anak Jaksel, mereka lebih suka deeptalk dengan pasangannya. Tak kandani yo, deeptalk sebenarnya sama dengan ngobrol. Lagian kategori dalemnya obrolan itu tolak ukurnya apa sih. Apakah membahas soal kedalaman palung mariana termasuk kategori deeptalk? Silakan dijawab wahai sub-culture Jaksel community.
BACA JUGA: DORAEMON, FILM ANAK-ANAK LEGENDARIS PENUH BULLYING
Fenomena terakhir bagi saya yang tergolong nggateli yaitu, adanya culture FWB.
Jika di era 2000an ada istilah ‘teman tapi mesra’ sekarang tambah unik lagi istilah Jakselnya, yaitu FWB singkatan dari Fiends with Benefits. Sebenefits apa coba yang kalian dapatkan.
Apakah konsep cuddling itu benefits yang kamu maksud. Duh yung, kelon yo kelon wae rasah sok gitu.
Herannya lagi, mereka merubah diksi check in menjadi staycation. Dengan alasan kamu sedang di fase emotional abuse. Terus kamu ngetweet dengan kata-kata bijak seolah-olah bakal dapat support system yang menemanimu staycation.
Mesum ya mesum aja lah pren. Tak usah dibungkus dengan IMO (In My Opinion) yang seolah-olah kamu lagi butuh mental health.
Ingat loh, tindakanmu pada dasarnya illegal, soalnya kamu belum menikah toh. Apalagi ne ada bujuk rayu atau overreaction dalam cuddling. Kamu bisa terkena Pasal 289 KUHP. Makanya tiati woi.