“Udahlah, kita break aja! Lu, gak bisa jadi support system. Lebih mentingin nongkrong bareng squad toxic lu, daripada pillow talk.”
Gitulah, kira-kira omelan cewek kalo lagi ngambek.
Jangan emosi, apalagi diputusin ya. Seru dan gemes punya pacar begitu. Ada sensasi tersendiri ngadepin pacar yang nyebelin. Lumayan buat ngasah skill manajemen konflik.
Pacar kamu cakep?
Nyebelin tidak?
Tidak?
Aaaiii!!!
Lemahh!!!
Para buciners harus banget belajar manajemen konflik asmara, biar hubungan langgeng dan bisa samawa.
Seperti yang pernah saya jelaskan sebelumnya, konflik lahir karena adanya perbedaan pandangan atau tujuan dari dua pihak atau lebih.
Karena setiap orang punya keinginan masing-masing, jadi sangat wajar kalo kamu dan pacarmu sering berbeda pandangan dan beda tujuan.
Paling sederhana, konflik bisa terjadi gara-gara urusan makan. Misalnya, pas malam Minggu kamu pengen makan di mall, tapi pacarmu pengen makan pecel lele di pinggir jalan. Itu juga bisa jadi konflik di hubungan kalian, walaupun kadarnya ringan.
Lalu bagaimana cara kita menjembatani perbedaan ini, wooii?
Oke, saya akan spill dikit deh.
Salah satu tips untuk menghadapi konflik dalam berpacaran adalah, kamu harus memahami dulu nih, apa kepentingan dan apa kebutuhan kalian.
BACA JUGA: APA SIH PENTINGNYA KONFLIK?
Jadi gini, terkadang ketika kita berkonflik, kita gak tau apa kepentingan dan kebutuhan kita ataupun apa kepentingan dan kebutuhan pasangan kita.
Nah, hal inilah yang terkadang membuat konflik itu meledak. Dan ketika meledak seringkali kata-kata “KAMU GAK PEKA!” keluar dari bibir manis pacarmu. Saat begitu, kamu hanya bisa bengong dan memasang wajah bingung.
Dalam kondisi seperti itu apabila tidak terkondisikan, masalah menjadi lebih runyam. Trus, tercipta deh, sobat ambyar.
Itulah pentingnya mengidentifikasi apa kepentingan dan apa kebutuhanmu, maupun apa kepentingan dan apa kebutuhan pasanganmu.
Lantas apa sih, perbedaan kepentingan dan kebutuhan?
Gini loh, kepentingan itu biasanya hal yang diungkapkan atau tampak ketika pertama kali kita berkonflik. Misal, doimu bilang “Aku lagi males ke mall, rame banget. Lagian aku lagi pengen makan pecel lele.”
Nah, di sini kita bisa liat doi punya kepentingan males ke mall dan pengen makan pecel lele. Bisa jadi hal ini karena doi lagi bokek, gak punya duit untuk makan di mall, tapi malu bilang ke kamu. Duitnya cuma cukup untuk makan di pecel lele.
Di sisi lain, kamu punya kepentingan pengen makan sambil liat-liat view yang asyik atau pengen makan sambil nongki-nongki yang chill-chill di mall.
Di sini ada perbedaan kepentingan, yang satu pengen ke mall, yang satu males ke mall. Padahal kalo dilihat lebih jauh, sebenarnya kalian punya kebutuhan yang sama. Yaitu, sama-sama laper, pengen makan!
Nah, sampai sini udah dapat gambaran belom?? Harusnya sih, udah nangkap lah ya.
Nah, kalau udah dapat gambaran kepentingan dan kebutuhan. Tinggal dikompromikan tuh, jalan tengahnya. Yaitu, cari tempat makan yang harganya murah, tapi vibes dan viewnya ok.
Win-win solution kan. Dengan begitu masalah jadi clear. Kalian gak perlu upload di medsos curhat dan merasa jadi orang paling tersakiti di dunia, padahal cuman menghadapi konflik perkara makan.
Kebutuhan kalian ketemu, kepentingan juga bertemu. Kalo sehabis makan pacar kamu ngajak nonton film, terus nyari kursi pojok kanan atas, hati-hati yaaa, bisa jadi kebutuhannya dan kepentingannya bukan nonton. Tapi ….
Intinya, hubungan yang baik bukanlah hubungan yang semuanya harus sama. Hubungan yang baik tercipta ketika kita bisa berselancar di atas perbedaan dengan pasangan kita. Anjay! Keren gak tuh, kata-katanya?
Ya, anggap aja perbedaan itu semacam bunga-bunga dalam hubungan agar lebih berwarna-warni. Biar gak kayak tokai, warnanya kuning doang.