Huftt, kerasa nggak sih, semakin bertambahnya umur rasanya beban di pundak tuh, juga semakin berat. Dulu pas kecil pengen jadi besar, pas udah besar rasanya pengen jadi kecil lagi aja. Ternyata menjadi dewasa tidak semenyenangkan itu. Hiks.
Memasuki usia produktif rasanya ngeri-ngeri sedep gitu woy, apalagi ngeliat orang tua yang semakin tua, ada adek-adek yang harus diperhatikan, belum lagi masalah kehidupan pribadi yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Rasanya kayak hidup ada di antara dua realita yang berbeda. Ya, kalau sekarang sih, menyebutnya sandwich generation.
Kedengarannya keren ya, sandwich generation, kayak roti apit yang ada isinya. Ini bukan masalah makanan, meskipun sama-sama diapit tapi sandwich generation diapit dengan beban hidup. Mereka berada di tengah-tengah tanggung jawab, antara kesejahteraan keluarga yang harus diperhatikan dan kehidupan pribadi.
Yang jelas beban sandwich generation ini bisa dibilang cukup berat karena harus berhadapan dengan tantangan finansial, menjaga mental health, karir, pasangan dan tanggung jawab lainnya.
Dikutip dari website CNBC.Indonesia, hasil survei menyatakan 48,7% masyarakat produktif di Indonesia merupakan sandwich generation yang memiliki tanggung jawab finansial keluarganya.
Sebenernya nggak ada yang salah dengan menjadi sandwich generation, karena kalau bisa mengelola tanggung jawabnya kehidupannya nggak semenyeramkan apa yang dibayangkan. Justru malah bahagia karena bisa mensejahterakan keluarga dan kehidupan pribadi. Yang salah adalah ketika sandwich generation yang tidak bijaksana apalagi dalam mengelola masalah finansial.
Tahu kan, banyak orang yang merupakan sandwich generation terjerat pinjol. IMO, itu karena mereka nggak bijak mengelola finansial. Sudah tahu nggak ada dana buat bayar utang, masih aja ngutang akhirnya gali lobang tutup lobang, segala macam jenis pinjol disikat sampai nggak peduli pinjol legal atau ilegal.
Dududu (pake nada blackpink) ini bahaya nggak sih?
Ya, bahaya dong, apalagi sampai galbay. Sudah gitu pinjolnya ilegal lagi, yang jelas itu banyak resikonya. Kayak suku bunga tinggi, data pribadi dicuri dan yang pasti nggak ada perlindungan konsumen. Ih, serem! Coba deh, baca 5 RESIKO MENGGUNAKAN JASA PINJOL ILEGAL.
Intinya sih, sandwich generation memang harus bijak terutama dalam hal finansial. Setidaknya biar nggak ada cerita kelilit pinjol. Beban sandwich generation itu sudah berat, kalau harus berurusan dengan hal-hal gitu, apa nggak makin berat tuh. Ya, kan?
Nah, bagi para sandwich generation bisa nih, menerapkan beberapa tips biar bijak dalam mengelola finansial. Dijamin bisa bikin kamu lolos dari drama kelilit pinjol. Catet ya.
1. Membuat Rencana Keuangan
Ini buat nentuin tujuan dan strategi keuangan. Jadi pembuatan perencanaan anggaran yang rinci itu untuk memahami pemasukan dan pengeluaran. Identifikasi prioritas keuangan, termasuk biaya perawatan orang tua, pendidikan adik-adik dan kebutuhan diri sendiri (ini penting banget nih) untuk menjaga kewarasan diri, kita butuh healing sesekali biar nggak stres.
2. Menyediakan Dana Darurat
Dana darurat ini untuk mengatasi keadaan darurat atau kejadian tak terduga yang mungkin timbul dalam kehidupan sehari-hari. Kita kan nggak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Misalnya, tiba-tiba rumah kita kejatuhan UFO terus rusak. Berarti harus diperbaiki dong. Nah, dana daruratlah solusinya.
3. Menggunakan Asuransi yang tepat
Pertimbangkan asuransi kesehatan, jiwa dan asuransi lainnya yang sesuai dengan kebutuhan keluarga. Nggak harus mahal yang program pemerintah juga bisa. Ini bisa memberikan perlindungan finansial yang penting di masa mendatang.
4. Manajemen Utang
Bukan nggak boleh ngutang tapi jadikan sebagai jalan ninja terakhir yang didasarkan pada musyawarah mufakat. Jadi sebelum berhutang harus cek dan cari tahu resiko ketika berhutang. Pastikan bisa membayar cicilan, jangan sampai membebani.
5. Bekerja Sama dengan Keluarga
Kalau kamu punya kakak atau adik coba deh, komunikasikan secara terbuka dan jujur. Biar bebannya nggak kamu tanggung sendirian, kamu harus mendiskusikan tanggung jawab finansial dan mencari solusi bersama untuk kesejahteraan keluarga.
6. Berkonsultasi dengan Ahli Keuangan
Kalau kamu merasa nggak bisa cara menghitungnya, kamu bisa mempertimbangkan berkonsultasi dengan yang lebih ahli atau profesional di bidangnya. Mereka bisa memberikan saran dan membantu menentukan sikap yang kamu ambil dalam hal keuangan.
Nah, tips itu bisa kamu terapin biar otak tetap waras meskipun jadi sandwich generation. Pokoknya harus bersyukur masih bisa hidup. Mengeluh boleh, yang nggak boleh itu menyerah. Ingat, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Kalau jalannya buntu, tinggal putar balik cari jalan lain.