“Assalamu’alaikum kalian nungguin aku gak? Gak mau, gak suka, geelay.”
Now, kalimat itu sering banget digunakan netizen +62. Lipsyncnya banyak banget dipakai sama akun-akun di TikTok. Banyak Meme dan video bullyan gara-gara kalimat itu. Nah, itulah salah satu contoh ketidaksopanan netizen Indonesia.
Beberapa hari yang lalu netizen Indonesia dinobatkan sebagai netizen yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Cie, selamat ya netizen, udah menempati peringkat satu. Ini semua berkat kerja keras kalian.
Anyway, let’s talk about what happens in the 2021 so far.
I’mma like saying this, Jakarta mendapatkan musibah akibat kiriman air, bukan hadiah, bukan sumbangan tapi air. Itupun kata wagubnya sih. Akibatnya Jakarta banjir, lagi.
Trus ada kehebohan dari grub Sabyan, aku agak gelay sih denger masalahnya. Si Aa lebih milih sama si Eneng daripada si Teteh. Well, namanya cinta sih yaa.
Trus ada lagi, well Dayana dan Fiki Naki. Yang gatau, ni mayan rame sih. Bayangin aja, follower bisa turun sampe 2 juta lho. Respeklah sama netizen +62. Berita ini lumayan menarik perhatianku di awal 2021 ini. Why? Karena respon netizen +62 pada, hmm sekali.
And last but not least, Whatsapp. Masalah ini sih ga cuma di Indo yaa, tapi juga satu planet juga heboh. Meme bertebaran tentang gimana keseriusan Whatsapp, i mean, Zuckerberg dalam melindungi privacy kita. Ah, I’m not gonna write about Whatsapp in detail, i think. Peraturan di Indonesia aja belum jadi kan yaa.
BACA JUGA: KENYALNYA PASAL KARET UU ITE
But anyway, kalian bisa cek masalah itu di internet. Ntah Twitter, Instagram, Youtube atau apalah terserah. Dan menurutku, the best part is, respon netizen. Wahai para Netizen warganet is kinda lame yang terhormat, jangan baper sama surveinya Microsoft. Kalian udah bener ko, kalian tuh bukan gak sopan. Yang kalian komentari aja yang baperan, main mereka kurang jauh. Well, just like how we live.
Emang, kalo dilihat dari survei Microsoft, kita mengalami penurunan DCI. DCI atau Digital Civility Index, adalah indeks yang menunjukkan tingkat keberadaban dalam internet. Yang dirilis kemarin adalah untuk tahun 2020. Indonesia mengalami penambahan skor ±16. Note buat kalian, kalo skor DCInya nambah berarti tambah gak beradab ya.
Pengguna internet di Indonesia tuh sekitar 70% dari jumlah penduduk kita. Dan penurunan ini bisa dibilang yahh, mencemaskan klo menurutku. DCI ini didasarkan pada penyebaran Hoax, cyber bullying, trolling, hate speech dan diskriminasi. Gak asing kan yaa di telinga.
Iya lah, di Indonesia itu semua udah diatur dalam UU ITE, meskipun banyak yang komplain karena ‘pasal karet.’ Misalnya aturan untuk hoax, ada di Pasal 28 UU ITE. Di situ dijelasin kalo setiap orang gak boleh nyebar kebohongan, ancaman, kebencian berdasar ras dll. Kalo berdasarkan pasal itu, berarti hatespeech, cyberbullying, hoax dan diskriminasi udah bisa dijerat dengan Pasal 28. Dan aturannya pun sebenernya cukup jelas. Gini bunyinya:
- Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
- Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Ini nih, yang membuat aku heran. Kan aturan sudah jelas, itu tandanya pemerintah juga sudah berupaya membuat internet di Indonesia lebih sehat, yang kalo menurut standar microsoft lebih ‘beradab.’
Aturan ini pun bisa dibilang efektif ya, menjerat orang-orang yang tidak sopan di internet. Dilansir dari kontan, bahwa pada tahun lalu sedikitnya terdapat 324 kasus pidana di UU ITE. Safenet.id merincikan data bahwa sebagian besar pelaku terjerat Pasal 27 Ayat (3), yang di dalamnya mengandung unsur pidana tentang pencemaran nama baik.
BACA JUGA: PEDOMAN SIA-SIA MEMBUAT PEDOMAN INTERPRETASI UU ITE
Yang menarik dari hal ini adalah, sekitar 172 kasus dilaporkan berasal dari platform media sosial Facebook. Orang yang nyebarin konten yang melanggar kesusilaan, isinya ada perjudian, pencemaran nama baik dan pengancaman semua masuk ke dalam Pasal 27 UU ITE.
Kalau dilihat sekilas, emang UU ITE dapat mengatur internet supaya lebih sehat. Tapi yang masalah kan bukan cuma di peraturannya juga, tapi pelaksanaannya. Kalo penegakan UU ITE memang sudah maksimal, gak mungkin sih DCI Indonesia bisa naik. Indonesia udah nomor 1 se-Asia Tenggara, kemana UU ITE?
Dirilisnya laporan DCI membuat saya berfikir, apakah warganet +62 memang se gak sopan itu. Masa Microsoft baper sih, waktu buat laporan? Dan juga apakah 16000 responden dapat mencerminkan keberadaban Internet?
Ya, sudahlah, survei udah dirilis juga kan. Yang harus kita cermati sekarang adalah bagaimana cara membuat internet di Indonesia lebih positif lagi. No more bullying, no more hate speech and no more hoax.
“Nothing Ever Go Away Since It’s Posted Online” – Anonymous