Haloooooooo~.
Hai, kalian. Apa kabar? Eh, eh, sudah pada baca belum, berita menarik minggu ini? Itu loh, berita tentang 9,9 juta Gen Z Indonesia nganggur dan nggak sekolah. Aku baca di Kompas.com (17/5/24), Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, terdapat sekitar 9,9 juta penduduk generasi muda usia 15-24 tahun di Indonesia tidak bekerja dan tidak sedang sekolah atau not in employment, education and training/NEET pada 2023.
Ngomongin soal Gen Z yang nganggur, aku mau sedikit curcol. Sebagai seorang bisnis owner perusahaan kecil, aku sempat diprank beberapa kali sama Gen Z yang mau aku hire jadi pegawai. Sangking dongkolnya, aku sampe give up dan mikir. Aduh, ribet banget deh, berurusan sama Gen Z.
Banyak reels or VT di medsos yang bilang bahwa Gen Z itu generasi yang mudah menyerah dan moody-an banget. Meskipun aku yakin nggak semua Gen Z begitu, tapi apesnya beberapa kali aku ketemu sama Gen Z yang nggak banget.
Waktu itu aku sudah janjian nih, sama seorang Gen Z buat interview kerja di hari Senin jam 10.00 pagi. Pas di hari H jam 09.00 dia bilang, “Mohon maaf saya belum bisa datang interview, karena mendadak ada urusan penting.”
BACA JUGA: PENTINGNYA PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN BUAT GEN Z
Oke, karena aku orang yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung, maka aku reschedule dong, jadwal interviewnya menyesuaikan waktu yang dia bisa.
Kami janjian lagi di hari Rabu jam 10.00. Dari jam 09.00 aku dah ready dan semangat buat interview nih, anak. And tada, dia nggak datang dong, lalu dia chat dan bilang, “Batalin aja ya, aku nggak jadi nyari kerja.” Huhuhu, sungguh menyebalkan.
Eh, itu sih, cuma salah satu contoh aja ya. Sebenernya aku dah beberapa kali ngalami prank dari para Gen Z, yang endingnya bikin aku naik darah.
Buat beradaptasi, aku coba belajar bagaimana cara mentreatment Gen Z. Aku coba dong, mengimplementasikan ke anak magang. Hmm, tapi praktek nggak semudah teori.
Pernah suatu ketika aku bilang, “Yuks, kita garap project ini.” Lalu aku minta pendapat dia. Eh, dia jawab, “Mbak, aku lagi males mikir nih, besok-besok aja ya.” Adudu, mamaee.
Kayanya kalo aku tulisin semua pengalaman kerja bareng Gen Z di kantor, nggak cukup deh, satu artikel. Sebenernya Gen Z adalah generasi yang cerdas, karena mereka melek informasi. Kalo baca CV mereka, ada berderet-deret pengalamannya. Keknya aktivitas mereka tuh, banyak dan bervariasi. Apalagi kalo diliat dari IPK or pengalaman kegiatan di kampusnya.
Tapi eh tapi, pas aku coba verifikasi kemampuan yang mereka tulis dengan praktek dalam sebuah pekerjaan, hasilnya zonk juga. Di luar prediksi BMKG.
BACA JUGA: PANDUAN SANTAI BUAT FRESH GRADUATE SEBELUM MENANDATANGANI KONTRAK KERJA
Emang sih, nggak ada yang instan di dunia ini. Semua harus belajar dan berproses. Sependek pengetahuanku, materi di bangku kuliahan itu, emang belum sepenuhnya bisa mengakomodir skill yang dibutuhkan dalam dunia industri. Fresh graduate harus extra kerja keras buat mengupgrade kompetensinya di dunia kerja.
Aku pikir pemerintah mulai sadar, makanya untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat Indonesia, ditetapkanlah Peraturan Presiden No. 68 Tahun 2022 Tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.
Pendidikan vokasi ditujukan bagi peserta didik menengah dan mahasiswa agar siap bekerja sesuai dengan keahlian terapan tertentu. Kalo aku baca sih, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi dilakukan dengan berorientasi pada kebutuhan dunia usaha, dunia kerja dan kewirausahaan.
Aku berharap banget sih, program pendidikan dan pelatihan vokasi ini beneran bisa efektif untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Jujur aja ya, micro manage itu sangat melelahkan. Tapi kadang sebagai bisnis owner, aku nggak ada pilihan lain, selain mengerjakan sendiri pekerjaan yang nggak selesai hanya karena si pegawainya nggak kompeten. So sad.