Akhir-akhir ini aku lagi suka scroll TikTok. Biasanya sih, FYP aku isinya tentang makanan ato kucing-kucing lucu gitu. Hmm, tapi kemarin tetiba ada VT menarik yang bikin aku cekikikan baca kolom komentarnya. VT yang dibuat oleh @janwarfajry itu cuma berisi sebuah kalimat, “Benarkan, dia cuma mau perjaka gue doang. Anjjjjj.” Hahaha, menarik bukan? Baru kali ini aku melihat ada cowok yang menyesal karena kehilangan keperjakaan.
Kurang lebih ada 18.5k komen di VT ini. Aku baca dan scroll komennya satu persatu. Rata-rata sih, cowok yang nulis komentar. Entah serius apa bercanda, banyak cowok yang komen merasa trauma. Misalnya aja si @omdett98 bilang, “Sumpah! Kalo diinget-inget, sedih banget. Sampe sekarang trauma rasanya.” Ada juga komen menarik lain dari @Radjaa, “Semangat buat kita, walaupun kita sudah dinodai, kita tetep berharga di mata cewek yang tepat.” Duh, aku jadi speechless rek.
Aku jadi penasaran dong, apa iya keperjakaan itu penting buat cowo? Biar gak sotoy-sotoy amad, aku bikin riset kecil yang tentu aja gak empiris. Hahaha. Sebagai anak hukum, aku lebih suka penelitian normatif, tapi sayangnya gak banyak penelitian yang ngebahas tentang keperjakaan.
BACA JUGA: SANKSI HUKUM UNTUK PACAR YANG GAK BERTANGGUNGJAWAB
Aku sempat bertanya sama beberapa cowok yang aku kenal. Penting gak sih, keperjakaan buat kalian? Jawabannya “Penting.” Catat, ini adalah jawaban cowok baik-baik ya gaes ya. Hahaha.
Karena sampelnya cuma dua orang, tentu saja jawaban ini sama sekali gak valid. Aku belum nemu sih, jawaban pasti tentang “Penting gak sih, menjaga keperjakaan bagi cowok.” Lalu apakah mereka beneran menyesal setelah melepaskan keperjakaannya?
Sebagai perempuan, dugaanku sih, cowok nggak nyesel-nyesel amad kalo hilang keperjakaan. Gak ada juga yang bakal tau. Susah kan membuktikan apakah seorang cowok masih perjaka apa enggak. Aku baca di website hallosehat.com, gak ada tes yang bisa dipakai untuk mengetahui seorang laki-laki masih perjaka apa engga. Intinya, keperjakaan nggak bisa dicek secara fisik. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seorang cowok masih perjaka apa engga, ya tanya langsung sama yang bersangkutan.
Tapi kayaknya Mabes Polri punya cara tersendiri deh, buat mengetes keperjakaan calon polisi. Tesnya dilakukan dengan cara mengetuk-ngetuk lutut si calon polisi untuk ngeliat kopong apa engga. Hmm, gimana-gimana, masuk akal nggak? Kalo orangnya kurus, terus kurang kalsium, apakah lututnya akan padat berisi? Hahaha. Eh, ini aku nggak ngarang loh ya, aku baca info ini dari nasional tempo.co.
Cara tes keperjakaan calon polisi, tentu beda dong, dengan cara tes keperawanan bagi calon polwan. Menurut testimoni temenku yang pernah ikutan tes polwan, tes keperawanan itu ngeri-ngeri sedap. Katanya, sakit ya wak ya.
Untungnya sih, sejak tahun 2014 mantan Kapolri Badrodin Haiti sudah mengeluarkan larangan tes keperawanan. Nah, langkah baik ini juga akhirnya diikuti oleh TNI, karena sejak tahun 2021, pemeriksaan hymen alias selaput dara untuk membuktikan keperawanan sudah tidak diberlakukan lagi karena dianggap melanggar HAM. Penghapusan tes keperawanan ini diatur dalam dokumen Petunjuk Teknis Pemeriksaan kesehatan Badan TNI AD Nomor B/1372/VI/2021 yang diterbitkan pada 14 Juni 2021.
Lah, kok jadi ngomongin soal tes keperawanan sih. Ahh, yuks, balik lagi ghibah soal keperjakaan.
Mungkin cowok menganggap keperjakaan itu gak penting. Tapi aku yakin sih secara psikologis, kalian para cowok pasti punya feeling guilty.
Hmm, aku sempat baca Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application, yang membahas tentang Pengalaman Seks Pranikah: Studi Fenomenologis Pada Mahasiswa. Begini kira-kira hasil penelitiannya, “Buat cowok-cewek yang pertama kali ML sebelum menikah, ada tiga aspek yang dialami, yaitu aspek psikologis, aspek fisik dan aspek moral.
Aspek psikologis cowok dan cewek berbeda ya gaes. Kalo cowok secara psikologis merasakan pencapaian, prestasi, petualangan, rekreasi, individu yang memulai dan mengendalikan seks, kenikmatan dan ketabuan. Sedangkan dari sisi cewek, aspek psikologis berupa komitmen, mengorbankan dirinya atau kehilangan orang yang disayangi (orang tua misalnya) dan luapan emosional akan keinginan yang terpendam.
Nah, kalo dari aspek fisik, cowok mengalami pelepasan ketegangan fisik, kesegaran jasmani dan orgasme. Sedangkan si cewek akan mengalami sakit, perih, keluar darah dan orgasme. Part paling penting nih, yaitu aspek moral. Intinya, cowok dan cewek akan mempunyai perasaan bersalah dengan orang tua dan perasaan berdosa pada Tuhan #berat.
Masih di jurnal yang sama, secara psikologis-biologis dijelaskan bahwa cowok itu memiliki hormon testosteron 20-30 kali lebih banyak dibandingkan cewek. Hormon testosteron adalah hormon yang bertanggung jawab atas dorongan seks. Testosteron membuat cowok lebih kuat, lebih agresif dan lebih mudah terangsang dibandingkan cewek. Hormon ini semakin kuat dan semakin dramatis perubahannya di tubuh cowok yang masih lajang alias belum menikah. Makanya jangan heran kalo cowok lajang menggebu-gebu pengen ngerasain hubungan seks. Bagi cowok, seks ya cuma sekedar seks, tanpa melibatkan rasa cinta. Otak cowok dapat memisahkan seks menjadi aktivitas sederhana, seperti bercukur kumis. Hmm, gitu toh, rupanya.
Btw, penelitian ini menurutku cukup masuk akal loh, karena dulu banget aku pernah punya temen seorang jomblowan yang selalu nyimpen kondom di dompetnya. Pas aku tanya buat apa? Dia jawab, ya siapa tau aja ntar tetiba ketemu cewek lalu ngewe. Jadi, dia sangat prepare sekali. Ini relate juga nih, dengan cowok-cowok jaman sekarang. Ya, sapa tau habis swipe right Tinder, eh langsung meet up, trus beer after five yang berujung dinner and sleepover date. Eh, aku nggak ngajarin loh. Ini sekedar pesan titipan dalam rangka memperingati hari kontrasepsi sedunia. Hehehe.
Jadi, apakah keperjakaan itu penting? Ya, balik lagi ke masing-masing orang kali ya. Semoga nggak ada cowok yang sensi baca opini ini. Harap maklum, harap maklum, karena aku tak bisa membaca pikiran kalian. Huhuhu.